Berusaha jaga kesehatan itu perlu, kesehatan mental jangan dilupakan. Akan tetapi kok kita masih mudah baper dan merasa dijulidi, ya? Cek di sini.
Mau belajar nulis untuk dibaca manusia, tapi kok tidak pakai akal manusia. Bagaimana seharusnya manusia mempergunakan AI, khususnya AI kepenulisan?
Apakah Anda senang wefie, PDA hingga pamer mesra? Perlukah semua itu? Izinkan saya memprovokasi Anda lewat puisi.
Puisi yang terinspirasi dari manusia-manusia penantang lautan.
Apakah Poetvocator hanya mengompori alias roasting Anda lewat puisi? Semoga Anda terpoetvokasi.
Poetvocator kembali dengan puisi lama tapi baru di Kompasiana, mengenai peringatan darurat yang bulan lalu digaungkan.
Apakah Anda sering sambat? Mengapa itu malah jadi penghambat? Baca puisi Poetvocator kelima ini.
Siapa bilang Marriage is Scary? Baca dulu puisi Poetvocator keempat ini.
Puisi Poetvocator yang ketiga, mengungkapkan kisah seorang selebriti yang sering nikah-cerai.
Puisi kedua dari The Poetvocator, menyuarakan keresahan atas ngetren-nya segala tulisan instan asal-asalan.
Kembali lagi dengan nama pena Poetvocator, inilah puisi pertama saya setelah lama kita tidak bersua. Selamat menikmati. Semoga terpoetvokasi.
Kesempatan, gunakan, jadilah satu. Kesempatanmu adalah sekarang.
Pesta Demokrasi hari ini boleh berlalu, tapi jangan kiranya hasilnya kelak menimbulkan lagi perdebatan dan perpecahan.
Kasih sayang seperti apa yang Anda harapkan hari ini dari yang terkasih?
Waktu manusia tak ada yang tahu hingga kapan. Kiranya bisa jadi sebuah bahan renungan.
Puji syukur di penghujung tahun kelinci untuk segala berkat Tuhan YME.
Masih bilang sulit cari ide dan inspirasi? Mari nikmati alam yang masih Ia beri. Tuliskan dan syukuri dalam karya asli.
Mimpiku adalah salah satu sumber inspirasiku. Mimpiku dan mimpiku bisa mirip, namun isinya takkan pernah sama.
Taman aksara itu kita semai dan nikmati bersama. Apa yang kita bisa berikan baginya?
Jangan biarkan kata-katamu tak tersampaikan. Baca selengkapnya puisi "Ketika Kata-kata Jadi Sia-sia"