Hari-hari yang tak terlalu puisi buat kawan lama sejak hari ini hingga pagi selanjutnya.
Mau laki-laki atau perempuan, tetap saja perlu punya keahlian beres-beres.
Besar keinginan untuk bertemu, bahkan terhadap angin pun rasa cemburu.
Bingkisan buku dibuka bagai berulang tahun, dalam nyanyi panjang umur; tepuk tangan menghibur.
Menemukan diri, menyadari. Pada pantul kaca, mata bertemu mata. Menduga telah bertemu.
Menepati janji; bukakan pintu, kita bertukar harapan. Ketuk dan ingatlah terbitnya jawaban.
Ingin mencintai, katamu. Terhadap hidup, mencintai, lakukan saja.
Selamat pagi dari Rumah Seruni. Nay dan May berbincang di ruang makan, menyergap makanan dengan garpu mereka.
Sebaik apa anak kecil dapat mandiri? Kalimat itu menggantungi langit-langit.
Bagaimana jika puisi dibaca para muda? Penghayatan yang tampak adalah ekspresi yang mendapat jalan.
Waktumu dan waktuku memiliki garisnya masing-masing. Jika kita berpapas wajah, dapatkah kau kenaliku dengan mudah?
Kini bola bergulir berhenti tepat di kaki. Perlukah kutendang pergi, atau kupungut dan berlalu?
Sepasang cangkir perlu berdiskusi. Jalan panjang ini perlu komunikasi.
Gembiralah. Utuhnya diri, jadilah. Ibunya senyum, sisirnya di tangan.
Nomine Kategori Best in Fiction Kompasiana Awards 2024? Ternyata seperti ini rasanya!
Sebuah konsekuensi dari mengomentari pihak lain adalah perbaikan diri sendiri secara masif dan terstruktur. Berkelas, mari bergegas!
Selamat berulang tahun, Kompasiana. Selamat berbahagia, sukses senantiasa!
Segala hal keperluan telah dimiliki; sejak awal mula diri tercipta hingga selamanya.
Detak berputar tandanya waktu. Malam sunyi enggan berlalu.
Bukan Sabtu malam. Empat buah pesan masuk bersusulan. Pengirimnya hendak menyampaikan.