Beban boleh saja terbawa pulang, Asal kau tak larut banyak bayang
Ketika alam semesta berbisik, ia memilih wajahmu sebagai kanvasnya
Terkadang berjarak dengan seseorang adalah cara terbaik untuk melihatnya bahagia
Merindumu walau kau bukan milikku
Aku tertidurDi atas pangkuan mimpiKu lihat wajahmu mulai memudarTatkala malam mendekap sang mentari
Mendambamu..Aku bagaikan petani yang berharap mampu Memanen padi di persawahan..
Kali ini saja aku menyapamu; menatap wajahmu; melihat senyuma indahmu. Tapi jejakmu tak mungkin hilang dari ingatanku ketika rindu mengetuk batinku.
Kali ini saja aku menyapamu; menatap wajahmu; melihat senyuma indahmu. Tapi jejakmu tak mungkin hilang dari ingatanku ketika rindu mengetuk batinku.
Seorang perempuan yang akhirnya membuka hatinya untuk seorang lelaki pilihannya setelah sekian lama Ia menutup hatinya rapat-rapat.
Kau adalah bait bait puisiRaut wajahmu menggoresLewat kedua kelopak matamuMembuat aku mampu bercerita
Kulukis wajamu pada sepidi atas senggasana rembulan malam
Walau kita pernah pecah menjadi air mata. Baca selengkapnya di sini
Wajahmu yang masih begitu jelas di mataku. Suaramu yang masih terekam jelas dalam memoriku
Dan alamat ilahku pada rindu Sebuah risalah bisu yang akau tak lagu di sana dalam sorot matamu : Mencari, "kemana?" "Kemana?" Ayah kemana?"
Mendengar kabarkau jatuh di depan api yang perlahan membakar wajahmu di malam yang sepi
Aku rindu kita yang dulu; semua tentang kenangan yang telah berlalu
Di wajahmu berseri mentari pagi, Cahayanya menyinari langit hati, Senyummu bagai sinar yang mengalir, Menghangatkan jiwa, mengusir sepi.
Tumbang segala rasa dan makna ketika kamu tidak lagi di sisi.