Lebur baur jadi satu langkah seperti simponi tak berima ...
Telah kubaca puisimu yang sendu Saat angin bertiup hangat dan bintang hilang
Setiap perjalanan hidup pastilah memiliki masalahSetiap hari tak perna lupa tuk berusahaMenjadi manusia yang bergunaKukira aku sekuat karang
Kadang ada yang monoton dalam rasa Apakah rasaku begitu juga padamu
Kenangan itu sekedar fatamorgana Ini bukan tentang cerita di suatu masa
Hati yang penuh lantas membuncah hangat memenuhi rongga dada yang lama hampa
Gunungan Emas Tidak Akan Mampu Menggantikan Itu Semua
Bercerita tentang godaan iblis untuk menari di neraka bersamanya di neraka
rasa yang diungkapkan melalui tingkah laku namun tak berbalas
Berterima kasih pada perih yang pernah menyerpih. Tajam menghunjam hingga hari-hari beraroma kelam, berirama dendam.
Karena semua terangkai manis dalam dekapan untaian kata-katakuKau hanya membutuhkan hati untuk mengerti
Ada air menggenang di pelupuk matanya, Meski bibirnya tetap tersenyum, Terbayang betapa sedih yang dirasanya
Dalam tiap gerakmu, hadirkan jelita Serupa dengan dedaunan yang berdansa dalam alunan pawana
Ikhlas sikap yang harus dapat kita lalui, tidak hanya berupa ucap namun sikap
Aku pecinta kesunyian, dengannya aku piawai melayang
Jika seseorang telah pergi meninggalkanmu maka sangatlah sulit untuk kembali lagi.
Mencoba menyentuh sebuah hati, hati yang gersang dan sulit dipahami
Santun dalam kata, tegun dalam kagum. Berbeda dalam makna. Bergerak dalam laga
Puisi tentang Selamat ulang tahun bu Aliz