Tinggalkan Warung Bude hampir maghrib. Kau dan aku naiki bis kota. Berhenti di Simpang Tiga Tunggul Hitam. Tergesa, berjalan masuki Cendrawasih. Aku m
Kau nikmati alur rasamu. Selepas ashar, keluar dari masjid. Kau ajak telusuri trotoar. Berjalan pelan di bawah rindang pepohonan tepi jalan. Kukira, c
Keluar dari masjid kampus. Langkahmu diarahkan ke gedung belajar. Berdua, berjalan bersisian di terik panas Bukit Limau Manis. Lewati Gedung Rektorat,
Jelang jam dua. Kau dan aku tinggalkan kantin. Dari arah pintu saat aku datang, Ni Yul hadiahkan senyum. Seperti kuduga, disambut godaan."Sudah toga h
Hari itu rabu. Jelang dzuhur. Kau bersamaku di kampus. Agenda pembagian toga. Guna hindari antrian, sejak datang. Kau langsung kuajak duduk berdua di
Skripsiku tak lagi bertebaran di meja. Sudah kau susun rapi, ke dalam kantong plastik. Kureguk kopi. Diam berfikir. Mencari cara alihkan alur bicara.
Angkot putih jurusan Labor. Bergerak lamban, menuju jalan Cendrawasih. Kulirik jam di tanganmu. Lima menit lewati angka delapan. Kau tetap diam menata
Angin sore sabtu itu sejuk. Tak ada tanda akan hujan. Kau dan aku berjalan bersisian. Sejak dari pintu rumah. Hingga jelang ujung jalan besar. Sepanja
Meja kembali rapi. Bersisa dua gelas. Berisi kopi dan teh. Kotak plastik, dimasukkan ke dalam tas milikmu. Caramu praktis. Tak ada izinmu, saat ingin
Hujan masih bersisa pagi minggu itu. Saat kuucap salam di beranda rumah kosmu. Terdengar suaramu, memintaku duduk. Agak lama, kau hadir di beranda. Su
Usai hujan. Kabut malam, tampak dalam temaram bias cahaya lampu beranda. Kuhabiskan, potongan terakhir agar-agar di piring. Kau tertawa. Tak lagi ada
Aku tak peduli. Kau atau orang lain. Cara memaknai rasa dan asa. Bagiku, miliki keduanya. Itu bermakna cinta. Jika hanya miliki salah satu di antara k
Aku belum tahu sebab tangismu malam itu. Pilihanku menunggu. Hingga kau tenangkan hatimu. Kuhisap dalam rokok, kuhempas pelan. Kepulan asap warnai ber
Sabtu malam, usai maghrib. Aku bergegas. Sekilas mematut diri. Pipinx selesai sholat. Tersenyum menatapku."Ngapel?""Iya! Sekalian kasih tahu Nunik!""J
Usai makan. Kau tak mau diantar pulang. Kuajak ke Taman Imam Bonjol. Kau banyak diam. Saat duduk bersisian di bawah rindang pohon. Beralaskan sandal.
Bus kampus lewati gerbang Unand. Berhenti sesaat di Simpang Pasar Baru. Naikkan penumpang. Bergerak lagi, hingga harus berhenti lampu merah jalan by p
Kureguk kopi terakhir. Kau menatapku. Kuanggukkan kepala. Kau mengerti, segera habiskan isi gelasmu. Kuserahkan jas. Kau masukkan ke dalam tas. Sambil
Plong!Kurasakan di sudut benakku. Tak bisa kumaknai lebih. Sejak tadi. Dalam diam, kunikmati kepulan asap rokok. Kulepas pandang ke titik terjauh dari
Kukira. Jagung rebus miliki rasa sama, jika jagung itu dibeli atau diberi. Berbanding jagung hasil jerih tanam sendiri. Akan berbeda pada makna dan ni
Tok!Palu berbunyi sekali. Sidang ditunda. Aku diminta keluar ruangan, juga semua yang hadir. Termasuk Pak Il, kecuali lima orang tim penguji. Riuh der