Kembali kardus diejek dan diejaAgustus lalu jendral dicelaDesember, kotak suara dicerca dan dibelaTahun berikutnya, entah apalagi yang dihelaKardus ki
Setelah sontoloyo kemudian tampang BoyolaliKini genderuwo diulang berkali-kaliOleh petahana, sindir politisi yang tak bernyaliPolitikus umbar takut, b
Masih bercerita tentang kursiYang kemarin suka dielus pagi-pagiKarena wanita dan harta didekapnya dini hariMalam ini aku ingin membaginya kembaliKali
Bahagia ini masih menghijau Subur tumbuh tak sisakan ragu Di padang yang baru kita pagu Kita, tentang cinta tak temui gagu Berbilang hari kita te
11 Maret 2016Pagi-pagi handphone-ku berdering. Nama kakak tertera memanggil. Pada awal pembicaraan masih berbilang santai, anaknya yang berumur 6 tahu
Prahara Tolikara jadi sejarah Cerita dan bumbunya berlalu sudah Tersisa speaker masjid jadi masalah Speaker masjid pemicu konflik Warga beda ag
Lama dilena cerita Lamun dilali fantasi Lengah dibuai ilusi Hilang dari riuh puisi Pikiran dipenuhi delusi Lunta jejak di baris narasi Pikun m
Bukan tentang kau, bukan relasi aku dan kau kali ini ataupun unsur kausalitas yang melibatkanmu. Rasa yang terserak dalam kesedihan yang berhulu dari
Kemana aku pergi? Jangan kau tanya lagi Jalur hukum telah kuakhiri Pasti di legislatif kan kupolitisasi Itu sudah pasti, hasrat kian menjadi Ke
"Maaf, saya delcon di BBM". Itu pesan yang kubaca di chat fb-ku, darinya. Aku tak mau terlibat dalam pusaran hukum apalagi dalam balutan politis. Aku
48 pertandingan telah digelar, fase grup telah usai, 16 negara memastikan langkahnya ke fase berikutnya dan 16 negara lainnya harus memalingkan muka d
Kecewa. Mungkin itu yang aku rasakan, tapi dengan prinsip probabilitas, ada peluang penonton yang menyaksikan opening ceremony piala dunia tadi malam
Di atas mimbar Janji-janji tersiar Panji-panji berkibar Di panggung lebar Warna berupa-rupa Parpol bersuka-suka Caleg berfoya-foya Simpatisan
Tak kutemui embun di selasar peraduanku. Beningnya di helai daun atau digelayut rumput selalu kunanti. Bangunku dari alam barzah tidurku hanya disa
Seperti anjing Mendesus cari daging Pun tulang tak disisa tak apa Menguras kas negara sudah rela Seperti babi Mendengus berapi-api Sikat jagun
Merah menyala Semburat pijar lava Digelap malam meraya Genung Kelud beri sapa Lalu pada siapa Kelud menyapa? Pada alam yang semakin papa? Ata
Jiwa kering dalam tubuh yang kurus Tandus ... Lalu nalar tumbang Hilang ... Punah Logika Bersemesta asa Kasihnya Laila melara Dalam gelap gil
Tak terasa sudah setahun menjadi member di Kompasiana, 18 Januari tahun lalu sah ter-registrasi sebagai member. Secara de facto, saya sudah lama jadi
Musim bunga menyapa Kelopak bunga indah terbuka Seperti senyum Aperire merona Seperti Apru dewa yang penuh cinta Kaum pagan penuh cerita fantasi
Lambaian daun pisang tak jauh dari tahtaku seperti menyampaikan salam rindu padaku, darimu. Semilir angin sore mengantarkan salam itu dan kepada daun