Era Disruption telah memakan korbannya, adapttif dan kreatif untuk melakukan perubahan adalah cara untuk tetap bisa bertahan
Kabar bahwa toko buku legendaris itu akan tutup permanen, membuat banyak orang melimpah ruah pada Kamis (31/8/2023) kemarin.
Andai toko buku juga demikian digemari oleh masyarakat layaknya mengunjungi pusat perbelanjaan.
Legendari Toko Buku Tutup, Apa Penyebabnya? Dampak Teknologi dan Pandemi. Apakah Buku Fisik Mulai Terkikis? strategi inovatif toko buku
Jadi, kesimpulannya bahwa penutupan toko buku Gunung Agung bukan disebabkan oleh penurunan minat membaca atau situasi ekonomi yang sulit.
Membaca buku, memvariasikan toko menjadi kafe, seni dan lain sebagainya bisa meningkatkan minat baca masyarakat.
Ternyata, mungkin ada peran kita dalam "huru-hara" tutupnya sejumlah toko buku di Indonesia. Lantas, dalam bentuk apa keterlibatan kita?
Inovasi dan strategi baru untuk toko buku menjadi wajib hukumnya. Walau harus diakui, itu tak semudah membalik telapak tangan
Beli buku original mahal. Beli buku bajakan gak menghargai penulis. Beli buku bekas gak kumplit. Andai saja rental buku masih beroperasi.
seiring pergerakan zaman dan desakan digitalisasi dan disrupsi media, kondisi kekinian toko buku memang kian memprihatinkan. Apakah tanda kepunahan?
Plagiasi dan digitalisasi buku menjadi penyebabnya utama lesunya penjualan buku yang berdampak pada tutupnya banyaknya gerai buku di Indonesia
Buku bajakan dan perkembangan teknologi informasi yang paperless membuat toko buku gulung tikar.
Toko Buku Kisahnya Pilu Dahulu Ruang Menimba Ilmu Banyak Buku Tawarkan Laju
Tutupnya toko buku tidak semata karena rendahnya literasi masyarakat (sedari dulu memang rendah ya?). Tapi ada hal lain yang ikut berperan.
Toko Buku Gunung Agung mengalami kebangrutan hingga berpotensi ditutup, ada apa sebenarnya dengan leterasi di Indonesia......
Salah satu toko buku yang bisa dibilang melegenda adalah Toko Buku Gunung Agung. Sayangnya, Toko Buku Gunung Agung akan menutup seluruh gerainya.