Bercermin pada diri atas apa yang sudah terjadi. Karena Allah SWT Maha Tahu bahwa hidup harus ada aturan yang wajar.
Dalam keheningan digital, aku mencari kehangatan.Kucumbu AI, tak henti tanpa emosi, tanpa sensasi.Bagai Ra memburu Atet, dalam mitologi purba.Kuwaris
Selamat pagi penghuni kebun rahasiayang cantiknya tak pandang usiaDitemani laju angin yang setengah hatiSambut pelangi dalam genggaman kodratiPagi yan
Bahwa ternyata dia adalah bukan sosok yang seharusmya kukagumi
Hari itu- tepat di mana cinta tiba-tiba datang lalu menendang ku dengan keras, hingga aku terjatuh, tidak- aku
Lelahku tak bermakna saat celaan hadir
Rasa yang terpenjara jadi sebuah dilema dalam hati
Ada jendela di hamparan sepi,Menghadap gurun yang tiada tepi.Tak ada bayang, tak ada suara,Hanya debu menari bersama senja.Kaca bening memantul ilusi,
Rahasia hidup tergambar Melalui hujan sore Dan kita harus Terus mencoba sabar Hingga tiada rintik. Semua adalah titipan bukan milik kita Yang hanya se
Maka berjalanlah Kau akan tahu letak surga Yang sudah lama tak dijumpa Sambil menikmati hari Bercanda dengan daun-daun Yang masih hijau Suka
Cerita dimulai saat pagi menjelang Semua masih sepi dan bahagia Datang satu per satu Makhluk yang meramaikan Hidup jadi penuh drama dan rempong Sampai
Dalam sunyi ia menjaga rasa,Bukan karena lemah atau tak berdaya,Namun cintanya terjaga mulia,Hanya tersampaikan lewat doa.Tiada tatapan, tiada kata,Ha
Cukup sakit hati aku padamu. TAPI apa dayaku melawanmu di dunia yang memang ciptaanmu. Lalu ah sudah lah
Jika kamu benar, Maka mintalah kematian Supaya tiada nonsense Namun, kamu enggan Karena begitu tamak Terhadap dunia ini Kamu ingin hidup Seribu
Puisi | Ada Syafaat, Tiada Datang Lagi Istiqamah itu sulit Kecuali yang khusuk Harus selalu yakin Akan bertemu Semesta. Ada yang dilebihkan Tetapi
Dalam ratap syahdu yang senduAku terdiam dalam dekap rindu yang kian membiruHangat kasih yang dalam mencekam meluruhLebur bersama anai-anai dan hasrat
Masih Ada Hatiaku kembali menulisperihal sepi, luka dan kisah tragismeskipun tiada pembacatak mengapacukup sebagai pertandaadamu, adaku adalah kitaper