Pagi yang membelah genanganMenuju malam yang dicurahkan dari langitKekasih
Kasih yang tulus dapat meluruhkan amarah dan kesedihan, membawa ketenangan di tengah badai kehidupan.
Oktober bukan hanya rintik yang mengerat, Tapi juga awal dari harapan yang lebih berkelas
Puisi yang terinspirasi seusai berkandara dengan roda dua yang berjalan ditengah-tengah hujan deras, yang dimulai dari awan mendung dan rintik gerimi.
Jejak langkah terburu, menyisakan ruang kosong, seperti suara yang tertahan
puisi ini terinspirasi dari puisi cinta kita untuk NKRI karya Leni marlina https://forumsumbar.com/sastra/45113/puisi-leni-marlina-cinta-kita-untuk-nk
Berjalan di Atas Kakimu Sendiri Tetaplah berjalan di atas kakimu sendiri
Imunisasi polio cara sederhana dan efektif melindungi anak dari kelumpuhan.
Langit kelabu merangkulku dalam kesunyian, Dan angin berbisik lirih di telingaku.
Panasnya udara yang menimbulkan ketidaknyamanan diri
Sungguh kejam kehidupan dunia, badai kencang angin berhambus
Puisi ini di tulis dengan sedemikian perasaan yang mendalam...
Menggenggam rindu membara Darah penuh gejolak Membakar relung-relung fisik
Istirahat sejenak dibawah payung teduh dari tiap tetesan hujan dan panasnya mentari untuk mencari arti
Menyambut Bulan suci Ramadhan tahun 2024 dengan Harapan doa yg dikabulkan
mnarik tapi jangan berisik, kita btidak kekal, jadi jangan bebal.
Dalam gerimis yang mengalun di malam yang sunyi Kutemukan kehangatan dalam sepi yang melankolia
Hujan merintih di jendela malam, menyiratkan kesepian yang mendalam.
Hujan merintih di jendela malam,Menyiratkan kesepian yang mendalam.Tetes demi tetes, mengalir dalam sendu,Memenuhi ruang kosong di hatiku.
Dalam sentuhan hujan, aku temukan makna. Seperti sutradara, ia mengajarkan keindahan kesendirian dan menginspirasi dalam ketenangan malam.