Pelaku berinisial BDW, pegawai honorer yang bekerja di Puskesmas Pungging Mojokerto yang nekat melakukan pemalsuan surat tes antigen COVID-19.
Mari kita memaknai penghapusan tes antigen dan PCR itu sebagai peluang hidup sehat dan sejahtera
Sejauh mana persiapan pemerintah saat aturan perjalanan domestik berlaku untuk mengantisipasi Covid-19 yang pergerakannya sulit diduga?
Pemerintah telah menghapus syarat tes antigen untuk pelaku perjalanan domestik. Apakah ini hanya sekedar coba-coba. Semoga saja tidak.
Saya pernah jalani tes antigen 3 kali sehari, lantas saat naik kereta, hasil tes pun tidak lagi ditanya petugas.
Pengalaman tes antigen di RS Siloam Kuta Bali, gak pake ribet dan pelayanan sigap.
Rasa-rasanya kurang masuk akal juga kalau Pemerintah mengijinkan orang bepergian dengan tes antigen saja karena tesnya lebih murah daripada tes PCR.
Guna mendeteksi virus, dilakukan test melalui Rapid Antigen dan Swab PCR. Namun, sebagian warga masih ragu-ragu
Akibat PCR menjadi syarat wajib untuk naik Pesawat, jangan heran pemudik akan lari ke Bus AKAP.
mahasiswa KKN Undip mengemas sebuah kegiatan interaktif yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta kesadaran masyarakat
Inilah kisahku menjalani test GeNose untuk melakukan perjalanan dari stasiun Gambir
Sekolah Bogor Raya melakukan tes swab antigen yang diselenggarakan untuk staff dan guru sebagai persiapan untuk masuk sekolah secara tatap muka
Beban pikiran yang dihasilkan terhadap manipulasi hasil test tersebut dapat berdampak kepada perekonomian orang yang bersangkutan.
Ada hal menarik dari fenomena pada perbedaan harga dimana Tes GeNose dengan Harga Rp 20.000,- dan Tes Antigen Rp 105.000
Jika akan pergi pada Senin (04/01), maka baiknya itu pada Sabtu (02/01). Namun setelah lama antre ada pengumuman: "Kapasitas tes hari ini habis"