Puisi ini tak akan pernah selesai, Karena kata-kata selalu terhenti di sini. Tak terucap, namun tetap
Senja yang pernah ada, cukup untuk hati, menjadi pelajaran tentang ketulusan
Dalam hening malam, bintang bersinar redup, Setiap cahaya mengingatkanku padamu,
Menjaga hubungan dengan cara yang lebih proaktif, sehingga kita bisa tetap berarti satu sama lain meskipun situasi berubah.
Peluh ini takkan pernah lenyap, Sampai kutemukan arti bahagia.
Kita duduk di meja yang sama kau bercerita tentang hal-hal ringan
ada yang tak terucap mengalir di antara kita bukan lewat suara tapi dalam tatapan mata
Kedurai: Sebuah PersembahanDi bawah naungan malam yang hening,Terdengar nyanyian alam dari segenap penjuru,Dukun berdiri di tengah lingkaran,
Senja memudar, kesepian menyelinap. Percakapan hampa, kesedihan dalam kesunyian. Kehampaan yang tak terucap, luka yang tak terobati.
Karena memang aku yang salah, dan itu yang kuakui. Maafkan aku
ratusan, ribuan, bahkan jutaan kata kata yang terucapku paham untuk mewujudkanya penuh kesabaranketika sudah ku cabut semua dari dalam lubuk inisekian
Di antara rindu adan impian, sebuah catatan rindu seorang ayah.
Akan selalu ada kata yang tak terucap. Tersimpan di sudut hati yang mungkin tak dihiraukan karena riuh pikiran yang bergemuruh mengejar waktu.
Dalam sunyi malam yang tercipta, Rinduku mengalir tanpa kata
Mungkin saat kita terlelap berselimut malam ada doa yang terucap, mengalir penuh kasih sayang.
Menghadirkan keindahan yang tak terucap dalam setiap embun yang terbingkai indah
Hidup ini memang susah. Kita hatus jalani sesuai karma
Di lipatan memori, ada kata-kata yang belum sempat terucap, terperangkap dalam bisu.
Pada senja yang melankolis,Kususuri jalan yang tak terjamah.Di antara dedaunan yang berbisik,Terukir kisah yang tak terucap.