Kunantikan hari dimana semesta akan merestui kita untuk kembali bertemu.
Pertualangan siang dari membuka mata hingga kini saatnya menutup mata kembali begitu menguras tenaga, marilah kita sambut mimpi lewat puisi
Puisi bercerita tentang seseorang yang menanti sudah lama penuh bayang bayang sepi di tengah keramaian pembicaraan orang namun tidak diperdulikannya.
Wajah Mila selalu hadir dalam bayangan Randi, hingga ia tidak bisa terpejam
Namun ada sesuatu yang membuatku seketika terhenyak, tanganku gemetar, dadaku berdebar kencang.
Cahaya bulan menemani diri ini hingga terlelap
Seringkali keindahan membuat kita terlelap, dan lupa itu hanya sementara.
Butuh waktu untuk menerima setiap hal yang terjadi dalam hidup. Cara setiap orang berbeda dalam menanggapinya. Hidup butuh penerimaan.
Rinai dan Petir Merajai di Malam Gelap
rindu yang tak berraga mencari tuan dibalik nisan mencari jawab disetiap tanya
Terpejam tak berarti tidur Tanda terbenam dalam, bukan hanya mendengkur
Cerpen horor yang tidak menakutkan sih ini namanya, ya, bacanya jadi senyam-senyum dong.
Aku takut malam Aku takut melayang Terancam bait tiap kalam Berakhir dengan penuh malang
Kau terlelap bukan tak mau, Menunggu kedatanganku. Namun tertidur dari keletihanmu.
Memperbaiki dan berserah diri untuk lebih manusiawi
Sekarang hanya satu. Biarkan dia terlelap, sebab dia telah lelah, dalam mencari rasa nyaman, yang sedang kami tempuh...
Disaat Pagi, siang dan sore pergi, Malam selalu datang menemani hari
Kursi berdatangan. Harapan muncul. Nilai yang hadir akan berbeda. Semoga.
Senja dan Malam. Mungkin aku hanya sebuah lamunan, imajinasi kesedihan yang tak berlatar belakang.
Puisi ini ditujukan buat kita yang akan tidur dan akan beraktivitas esok pagi.