Langkah pertama tak perlu sempurna, Hanya perlu keberanian yang sederhana.
Di tepi sungai yang berkilauan, ku duduk sendiri dengan hati yang mengikuti gemerisik air yang riuh
Hati tenang, jiwa melayang. Ikan berenang, riang gembira, Menyambut kedatangan, seorang diri.
Takdir itu ketetapan dari-Nya, namun doa adalah bisik lirih kita, pada Sang Pencipta.
Nada-nada senja tersusun hening, mengalun lembut pada tepi hari,
Di Hamparan pasir pantai yang lembut, angin kencang yang berhembus. Membawa aroma laut dan di temani secangkir kopi.
Antara angkringan, kehilangan, dan kenangan.
puisi ini menyampaikan kehangatan dan keindahan momen kami berdua saat di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Aku duduk di tepi pagi seperti menyusun doa yang patah-patah Nikmati indah rupa bunga
ini adalah sebuah pantun ku yang bertemakan cinta.
Disuatu malam yang dingin di tepi jalan Aku berjalan menyusuri pinggiran ibu kota
Saat ini aku lemah teramat Seperti bunga yang layu
Dengan alam yang bersahaja aku menyatu dengan ketenangan
Korupsi menjadi-jadi. Hanya karena kerap tampak berbagi,dipuja-puji sepenuh hati. Kejahatan keji dianggap suci. Tamak kian tak bertepi. Kleptokrasi ad
15/06/2024.NAZARETHari itu, mungkin sebah batas telah dalang untuk datang. Aku menuju pantai, menghilangkan kegetiran. Mendengarkan bibir ombak
Sebuah percikan indah di langit pada akhir setiap hari. Bagaimana kita bisa menggambarkan keindahan seperti itu?
Segala hal yang nampak dan tak nampak akan mencapai tujuan dan hakikatnya jika ia telah memperoleh manfaat bagi sekelilingnya
Dalam sunyi malam memeluk Rindu. Hati bercerita tanpa suar
Kemana lagi kan kucarisudah jauh aku berjalan sendiribahkan tempat-tempat yang sunyitelah ku kunjungi
Menemukan keheningan ketenangan dan kedamaian, di pelukan bukit dan gunung-gunung.