Rindu ziarah ke Gua Maria Bukit Kanada Rangkasbitung
akhirnya aku runtuh karena rindu mengoyak segala pertahanan yang kubangun dengan payah
Malam ini memberi arti meneduhkan pikiran yang sedang bergejolak. Malam mengajak untuk merilekskan pikiran.
Sebesar apapun pengorbanan kita, hingga titik maksimal, soal hasil itu hak prerogatif Sang pencipta. Manusia hanya berencana, Dialah yang menentukan.
Manusia yang punya nyawa tapi tak punya makna berpikir bahwa hijau yang tercipta di bumi adalah punyanya
Puisi kedua dari sembilan rincian judul puisi tentang Siapa Tahu, khususnya tentang Siapa Tahu Matinya akan Begitu. Semoga bermanfaat.
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Dipanggil Pulang. Semoga bermanfaat.
Namamu adalah bulir kata yang meletup cinta, Bilur teduh pada rindu, bermakana
Nonha Vhince P. FB#*Maria Alina sajaKau menyimpan rasa dalam diammenitipkan resah tanpa mendendammencipta kelamsegala ragu kau rajut pada langit malam
Istirahat sejenak dibawah payung teduh dari tiap tetesan hujan dan panasnya mentari untuk mencari arti
Kini, kau mulai melayu. Rindang pohon Beringin jadi teduh. Saat sepotong jalan dibalur hangus oleh sang Surya
Di bawah rindangnya pohon Di tengah gemericik air Kududuk termenung Menikmati ketenangan
Seperti tahun-tahun silam Engkau dan aku tak mampu bersua Peri membara dalam sukma
Sosok yang tidak lagi bisa didekap. Hangatnya hanya melekat dalam ingatan
istockSudah memasuki senja hari, hampir tidak terasa waktu berjalan. Karena seperti beberapa menit saja rasanya, semenjak aku minum secangkir teh tadi
Mereka yang berjiwa teduh dan berpembawaan tenan Mereka tetap tenang dan teduh dalam situasi panas, pahit dan tak enak....
Tatapan teduh yang tak bisa kupandang lama-lama. Semakin lama, semakin aku salah tingkah.
Menulis puisi, merasa termotivasi kembali mengetik tema fiksi.
"Tentang makna sebuah pohon rindang di tepi danau. Ketulusan nya menjadi payung teduh dari sepancar surya serta rumah dari mahluk hidup". ~ 🍀🍀