suasana desa; sumber: kumparan.com.Slow Living di Kota Kelahiran Sendiri Sungguh MenyenangkanHal yang paling saya impikan ketika libur panjang tiba ad
cukup kemarin saja melodrama yang lewat tanpa sengaja
Apakah terik yang jujur dengan sinarnya lebih baik dari teduh?
di antara segala kebisingan dunia, ada damai yang sederhana,dalam tiap tetes yang jatuh perlahan.
Rindu kepada yang sudah tiada memanglah seberat itu
Selir angin, serta hamparan pasir. Desiran ombak, menebas Perahu Kertas
Rindu ziarah ke Gua Maria Bukit Kanada Rangkasbitung
akhirnya aku runtuh karena rindu mengoyak segala pertahanan yang kubangun dengan payah
Malam ini memberi arti meneduhkan pikiran yang sedang bergejolak. Malam mengajak untuk merilekskan pikiran.
Sebesar apapun pengorbanan kita, hingga titik maksimal, soal hasil itu hak prerogatif Sang pencipta. Manusia hanya berencana, Dialah yang menentukan.
Manusia yang punya nyawa tapi tak punya makna berpikir bahwa hijau yang tercipta di bumi adalah punyanya
Puisi kedua dari sembilan rincian judul puisi tentang Siapa Tahu, khususnya tentang Siapa Tahu Matinya akan Begitu. Semoga bermanfaat.
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Dipanggil Pulang. Semoga bermanfaat.
Namamu adalah bulir kata yang meletup cinta, Bilur teduh pada rindu, bermakana
Nonha Vhince P. FB#*Maria Alina sajaKau menyimpan rasa dalam diammenitipkan resah tanpa mendendammencipta kelamsegala ragu kau rajut pada langit malam
Istirahat sejenak dibawah payung teduh dari tiap tetesan hujan dan panasnya mentari untuk mencari arti
Kini, kau mulai melayu. Rindang pohon Beringin jadi teduh. Saat sepotong jalan dibalur hangus oleh sang Surya
Di bawah rindangnya pohon Di tengah gemericik air Kududuk termenung Menikmati ketenangan
Seperti tahun-tahun silam Engkau dan aku tak mampu bersua Peri membara dalam sukma