Remaja saiki ngadhepi dinamika sing kompleks lan maneka warna. Ngerteni tantangan, kabutuhan lan potensi remaja saiki penting banget kanggo mbantu dhe
Galuh menemukan sebilah bambu kering tergeletak tak jauh dari pohon pisang yang tumbuh di tengah hutan. Dengan bersemangat ia menusuk-nusuk tandan pis
Ketika kesempatan itu ada, Galuh segera menarik tangan ibu angkatnya. Ia memberi tanda dengan kedipan mata agar sang ibu tidak bertanya apa pun. Tampa
Semakin mendekati hari Lebaran, Baiq tak lagi dapatkan kesempatan pertanyakan warna baru dari rumah besarnya.(Epilog Aluy 39)Rasanya seperti mimpi, se
"Halo? Halooo...?" terdengar suara Dokter Marwan dari seberang."Ya, Dokter. Anda ingin istri dan anak Anda selamat bukan?" pria yang merebut ponsel mu
"Jangan berteriak! Aku bisa saja melepas peluru ini sewaktu-waktu di kepalamu!" ancam pria bertopeng itu. Istri Dokter Marwan mengatur napas sesaat. D
Dokter Ana membantu menutup kembali sosok yang terbujur di atas ranjang itu dengan selimut."Korban kekerasan?" tanya Dokter Marwan dengan
Di suatu tempat yang lain...Malam itu mobil avanza berwarna biru gelap meluncur dengan kecepatan sedang. Penumpangnya seorang pria usia empat puluhan
Lebaran pertama selepas kepergian bapaknya, Baiq temukan keluarga dekatnya yang baru, adik tiri dan adik sepupunya. Menghangatkah hubungan Baiq dan ib
Rencana kunjungi Galih, adik sepupunya berantakan namun berakhir menyenangkan. Putri justru ternyata didatangi oleh keluarga kecil Galih.(Epilog Aluy
Aluy 33Pertemuan Baiq dengan adik tirinya Ranti telah endapkan banyak kehangatan. Ia masih bisa berharap dapatkan kehangatan yang sama dari Galih, adi
4. Menggapai Impian Teruntuk anakku: Girianto di Jakarta Salam sejahtera selalu untuk keluargaku di Jakarta, Gimana kabarmu saat ini, Na
Kisah sebelumnya Hari semakin gelap. Untunglah langit sedang cerah dan rembulan bersinar terang ditemani bintang-bintang.Aku mengeluarkan s
Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-24-sang-pelarian_571d5497367b6151048b4587Aku melihat wajah Nenek memucat
3. Sepucuk Surat dari Kupang Hari telah menunjukkan pukul dua siang. Matahari perlahan mulai condong ke arah Barat. Tapi meskipun begitu, pada
(Epilog Aluy 31)Aku tak membohongi Aluy. Aku hanya menunda cerita. Rasanya akan lebih baik bercerita padanya tentang hangatnya pertemuan besar pertama
Baiq terpisahkan paksa dengan keluarga kandung ibunya sendiri. Mengapa?(Epilog Aluy 29)“Kamu tidurlah dulu. Terimakasih telah menemaniku semalaman beg
Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-22-sang-pelarian_571589dcd07a61fa0482e0e1 Lelaki itu menyeka darah
Bunda Fatima menutup buku di hadapannya. Ia menoleh ke arah Cinta yang masih berdiri menatapku."Cinta, seperti yang pernah Mama ceritakan padamu. Rama
Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100-hari-menulis-novel-fc-20-sang-pelarian_570ed673dc22bd40055ae7a0Bag.8 Menyusuri JejakS