Matahari jingga menyala menggantung tinggi di atas cakrawala selatan Kota Bangkok.
Berdasarkan gerakan Dadais di Paris, Surealisme adalah gerakan revolusioner yang menentang nilai-nilai borjuis yang luar biasa.
Ketika dia seorang manusia, dia jauh tak terengkuh. Bukan lautan di antara pulau-pulau yang memisahkan aku dan dia, melainkan teror waktu pada hidup.
Setiap kali matanya terpejam, Delvi sering kali diseret oleh mimpi yang membuatnya terengah-engah. Pertama-tama, matanya mendapati sebuah ruangan
#1bidadari menulis puisi di kesunyianmalaikat menyampaikan pesanmanusia mendapat firasatsemesta saling terikat eratpada rindu yang teramat jauhdua dun
Sebagaimana Haruki Murakami menghiasi novel-novelnya dengan kisah-kisah individual, sosial dan sejarah yang penuh dengan kesan-kesan kegelapan, maka t
-Kamala-"Alka, adakah kudapan berjenis 'matahari'?" tanya saya, masih bingung dengan isi surat di tangan ini."Tidak, Kamala, hanya ada kue bulan. Meng
Cerita ini diceritakan sendiri olehku tujuh puluh tahun lalu. Tentang kehidupanku yang singkat di sebuah tempat fana, aku tak tahu di sebut apa alam i
Bunga...Bunga! Kuingin!Sang angin, datang dengan bahagiaTak ingin aku bangun, bangun! Surga...Surga! Di langit!Tenangnya, air jernih telagaTak in
Aku tidak butuh kuas, cat dan kanvasjuga lembah hijau penuh Krisan dan Anyeliratau danau mungil dan angsa-angsa kasmaranLangit adalah kanvaskuawan-awa
Setelah memindahkan buku-buku yang berserakan di bawah lemari ke atas meja, Zeta menyalakan laptopnya. Lalu menyusun kembali buku-buku itu ke da
Palung kehilangan imajinasinya tadi pagi. Ia panik dan berteriak saat baru saja menyadarinya. Di dalam kamar ia berjalan mondar-mandir sambil berpikir
Ini aneh, Angkasa. Saya sedang mencoba mengikat kamu dengan narasi. Padahal seharusnya kamu bebas lepas di atas langit, langit yang berhujan mi
Tuk tuk tuk tuk.Tuk tuk tuk tuk.Tuk tuk tuk tuk. “Luana, mengapa memandangi metronome seperti itu?Saya kira kamu mau main piano.”“An
“Sedang apa, Luana?” tanya Angkasa suatu malam sambil menepuk pundak saya. “Menanam biji mata,” jawab saya. “Biji mata s
Setelah bersusah payah seharian, Akhirnya saya berhasil membelah jiwa saya jadi dua. Sepotong untuk saya, Sepotong lagi untuk Angkasa. Sepotong
Tadi malam, saya melihat kamu memasukkan mimpi seluas Angkasa ke dalam ransel kecilmu. “A, hari ini mimpi saya berwarna ungu pastel,” ucap
Hari itu saya mendapati Angkasa menangis. Rupanya Vena pergi, atau mati, saya tidak tahu, meski saya berharap yang ke dua. Tangannya bergetar, sambil
Saya rasa mata saya benci saya. Sepasang makhluk kecil itu kerap kali enggan menyelimuti diri pada malam hari. Saya kerap kali menyelimuti diri dahulu
“Mengapa kamu sering terluka akhir-akhir ini? Apa karena kurang tidur, lantas jadi kurang fokus dan sering jatuh tersandung?” tanya