Di sudut sudut terdengar bunyi nyaring Tong kosong menggema tanpa henti menggaung
Tuhan segala alam/kapan bisikan duniarenyai dari kesaksian?
malam yang mencengkam tak ter arah pada keindahannya
Penyair berdusta, puisinya dilipat rapi di saku jaket.
Dalam tubuh seribu gerimis Aku basah sampai kering Kesunyian lahir dalam dentum-dentum subuh yang mengemis
Percayalah pada diri, dan pada kekuatan, Untuk meraih kesuksesan, dan kebahagiaan.
Aku mengerti/tak mungkin ada salinan bagi 'rasia/tapi ketuban kepompong telanjur pecah kulit arinya
inilah saksi yang akan terus bicara/bahwa sunyi akan disalib berulangkali
puisi tentang sesorang yang merindukan kekasih nun jauh disana
Membawa cerita dari hulu, menyesaki dada dengan duka
Tanpa seorang Ibu yang menuntun dalam kehangatan Sunyi... betapa sunyi rumah ini
Sebuah kisah tentang harapan yang bertahan di tengah sepi
Maka biarlah kata-kata pergi,Membaur dalam sunyi yang abadi.Hanya rasa yang sejati terlahir tanpa kata
ni adalah pencarian, di mana makna tak selalu ditemukan di awal, tetapi di akhir perenungan yang mendalam. Akankah kamu temukan jawaban
Pada akhirnya, lagu pun pudar,Tanpa melodi, tanpa nada samar,Hanya sunyi yang terus bergulir,Mengisi ruang
Kini aku tahu, tak perlu berkata,Untuk mengisahkan segalanya,Dalam diam, kisah kita tetap
Syukur yang SunyiKita harus belajar bersyukur,Saat lelah merayap dan peluh tak surut,Ingatlah, masih ada yang lebih letih,Yang langkahnya berat
Di saat sepinya hati merundung seonggok suka cita ...
Karena hidup terlalu singkat,Untuk menunggu rindu yang pekat,Kembalilah, sebelum semua hilang,
Di sepertiga malam, aku terjaga, Ketika sunyi menyelimuti alam, Di Sanalah rindu bergulir perlahan,