* Cerita Bergambar : API MASEHI * #05 * ( gambar #05 ) * Dongeng & Grafis © 2012 Suhandayana * NYARIS matahari meludahkan rona jenar. Sem
* Cerita Bergambar : API MASEHI * #03 * ( gambar #03 ) * Dongeng & Grafis © 2012 Suhandayana * MANUSIA teknolog malas bertanya, seribu
Oleh Suhandayana * | AKUNDAstudio | baca Index 91 | . * ** " ... BERHENTI depan situ, Pak Udin." " ... baiklah." " ... nih. Cukup, khan? N
Oleh Suhandayana * | AKUNDAstudio | baca Index 91 | . DIALOG imajiner merayapi buku, panggung sandiwara, sidang mahkamah agung, ketiak, meja penga
* Cerita Bergambar : API MASEHI * #02 * ( gambar #02 ) * Dongeng & Grafis © 2012 Suhandayana * MALAM tersedia bagi gerakan ruh khalwa
* Cerita Bergambar : API MASEHI * #01 * ( gambar #01 ) * Dongeng & Grafis © 2011 Suhandayana * UMUR 31 ha
kusruput secangkir kopi panas beberapa menit tadi. hmm ... nikmat serasa lemaskan kekakuan otot kaki. sayang, aroma bercampur hawa gelisah pergolakan
Membaca berita terkait atlet dan seniman yang mewakili Indonesia dalam kancah pesta olahraga, festival, dan perlawatan internasional, saya jadi tering
Aktual, tapi carut-marut: 'siapa mengucapkan selamat kepada siapa'. Yang jarang disimak: 'ucapan apa kepada apa'. Di balik kedua kata 'apa' kurang m
Anak dan surga, tiada beda. Kita tau, anak-anak yang cukup sehat selalu tampil ceria, berlarian ke sana ke mari, air muka berseri. Apa saja yang ia de
kredo selamat penuhi hari-hari keramat, banyak terhidang selaksa ucap daripada mengenyam nikmat. di desa atau kota abangan setiap jeda amalan berpoten
senandung bunda tak lagi merdu kian lirih, mengiris nadi surga hujati ego anak-anak dungu trah tak lagi tau membalas cinta tak mau tau, tak malu
Salah satu bentuk penjajahan secara sistemik, yakni tampilnya konsep dan persepakatan kurs. Lihatlah nasibmu hari ini, Rp1,- masih jauh di bawah US$1,
. . . jika sampai lusa tak kau guratkan halus-maumu dalam tulisan-manjamu, aku takkan segan menggurat tajam-mauku dalam tulisan-kasihku . . .
aku ingin kembali ke beberapa hulu sejarah peri kemanusiaan yang kini memendam peristiwa luka bernanah, aku bernafsu mencegah pecundang pembawa arah k
layaknya senyum manis, bila sangwaktu merebah di taman pasti gembirakan pelancong kebun bunga galaksi sepetik mawar merah mengurai kecapi lenting s
menekuk waktu jadi dialog rekayasa, tunda janji jadi busung lapar di asia, melihat hari jadi bakaran plasa, nyatakan sikap jadi enerji memihak raja, m
( tak perlu menuntut siapa penghkianat negeri ini, Indonesia. semua tau, pelacurmu adalah bapak-bapak, petinggi ini atau itu! ) . . . . . . .
tak pernah ada pemuas keyakinan hanya kesaksian bagi bukti nyata meretas keraguan dari sebab bermula hingga jalan tetap terbuka meniti arif-perist
hulu aku ke muara-Nya telah banyak laku, deras kata tiap detik darah, tetes hawa kuremukkan ke sunyi nyawa perjalanan kian dekat segera lenyap ja