This poem is an appreciation for an object that may be underappreciated. Although there is only a little amount of memories,
Azalea itu kini bersemi, setelah beberapa saat lamanya!
Hutan ini rindang dan tumbuh beraneka buah segar manis dan asamBila hancur alangkah malu pada pahlawan
Sampai nanti pertiwi dihamiliBangsa ini terkebiri
Rana, Sekali lagi, izinkan aku meminjam luka itu, agar ringan langkahmu.
Dalam sebuah orkestraPemain biola terbaik tiadalah gunaPemain bas terhebat tak ada gunaPemain cello paling ahli pun percumaPeniup terompet terlihai pu
Walau harus tertahan pilu, pun sedu merajam kalbu bagai beribu sembiluGejolak jiwa ingin berjumpa meski hanya sejenak jangka Labuhkan angan di si
Direktorat Sejarah, Minggu, 30 Oktober 2016 menyelenggarakan acara bertajuk “Merayakan Indonesia Raya, 88 Tahun Lagu Kebangsaan” di Taman Ismail Marzu
Puisi, lebih kuasa dari peluru. Bahkan bom nuklir sekalipun. Bapa bangsa Jerman, masih zaman Prusia raya sebagian besar adalah penyair. Prusia beralih