Menata realita meniti diri demi eksistensi dalam sunyi dan kesendirian yang tak bertepi
kau tegak bersih di bawah kubah senja yang megah/berkemas menyambut Sepimu yang tak tergoyah
Jiwa yang sehati laksana teman sejati seperti kisah sepatu yang bertaut dengan jiwa tuannya
Semakin sedikit orang yang berani sendiri. Tak mengenali siapa dirinya, tak memercayai kemampuannya sendiri
AKU terlalu asik menyelami hidup Soe Hoek Gie yang tergores dalam bukunya; Catatan Harian Seorang Demonstran. Hingga aku sadar, bahwa aku bukan
Saya barangkali sedikit lucu adalah semacam seekor lalat liar di atas tengkuk seekor kuda [Socrates] MULANYA adalah gelisah, ujungnya hasrat untuk ber
Aku tuts. Tepatnya tuts ponsel. Lebih akurat lagi tuts ponsel pintar Blackberry. Ratusan bahkan ribuan kali aku didera tekanan. Pelakunya seringkali i
(1) Aku berbincang dengan diri sendiri, lewat percakapan hati mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang berkelindan. (2) Selama ini saya be
Fragmen Empat Semua sudah pergi. Tinggal aku sendirian. Bibiku sudah lama tidak tinggal di sini. Sedang paman sering pergi untuk urusan yang aku ti
Fragmen tiga Pada mulanya hanya kaca lemari yang pecah—yang hingga kini aku tak tahu sebabnya. Kemudian dukun, serta seringnya bibi pulang ke rumah
Fragmen Dua Aku telah kembali ke rumah balai desa. Perasaan takut pada pamanku belum juga mau hilang. Aku menjalani kegiatan seperti biasa. Bangun
Fragmen Satu Aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua. Aku tinggal dengan adik bapakku. Diasuh oleh beliau dan istrinya. Paman seorang kepa