Jangan penah meragukan dengan kata orang, jika itu bermakna maka dengarkan. Jangan sia-siakan suatu moment yang berharga atau kamu akan menyesal.
Ketika sebuah malam yang dipenuhi hujan, membuatmu teringat akan seseorang yang menderita akan adanya hujan tersebut.
Ini tentang Ashritha yang kalah bertaruh ketika melantangkan perasaannya untuk Abimana dan bagaimana ia mengatasi kekalahannya.
Langit cukup murung di hari ini, menarik sang kelabu menandakan dirinya sedang tidak bersahabat untuk bertegur sapa dengan seluruh insan di bumi.
Aku dan dirinya saling mencintai. Hanya saja, sebalok kaca dan empat tembok menghalangi kami.
Di balik panggung yang kacau balau, tersembunyi sebuah kisah yang tak terduga. Samudra, si pemuda berhati gelisah, menemukan dirinya terperangkap.
Terimakasih kepada seluruh rekanku yang telah tiada. Sekarang, aku akan mengikuti kalian. Aku sangat senang telah hidup di dunia selama ini.
Para sahabat yang sudah lama tak jumpa saat ini sedang kumpul-kumpul ngabuburit dan bukber. Dodi, si pecinta gorengan, absen karena sariawan.
Puisi ini menggambarkan perjuangan emosional seseorang yang mencoba menghadapi luka dan keraguan yang tertanam dalam hatinya.
Di bawah sinar mentari yang memancar hangat Dua jiwa bertemu dalam taktir waktu
Puisi tersebut memiliki makna tentang agungnya bulan Ramadhan, yang di mana di bulan tersebut penuh dengan rahmat dan ampunan
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dengan berbagai kehidupan dan kebaikan di dalamnya.
Mau sampai kapan berdiam disini? Mau sampai kapan termenung menunggu? Mau sampai kapan menatap lamunan?
Dengan pandangan senduMengingatkan ku akan setumpuk memori
Tak ada ragu dan bimbangTak ingin hilang dan selalu dikenangAkan ku raih mimpiku yang sempat terbuang
Blue Economy adalah pendekatan pembangunan berkelanjutan yang dipusatkan pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya laut secara bijaksana.
X yang merasa gagal langsung lari terbirit-birit dan merasa kapok untuk menggoda manusia lagi. Soleh langsung pergi ke masjid untuk beribadah....
Sabit merah itu terus berkata padaku “Ambil Aku”. Aku berpikir sejenak dan mengambil sabit itu.
Omong kosong, tak ada namanya demokrasi. Semua nya hanyalah permainan belaka.
Ribuan tahun setelahnya, perlahan demi perlahan dibarengi oleh inovasi umat manusia, uang kertas/uang fiat.