Aku, aku bukankah lebih berguna saat hidup dibanding ketika mati. Atau aku salah kaprah bahwa lebih baik mati, jika aku mati aku bisa menjadi meja
Memangnya kenapa jika ini adalah jalan yang cacat? Tidak semua harus sempurna bukan?
Tidak pernah ada kisah yang berakhir bahagia, memang benar kata Dunia
Pagi yang selalu datang tanpa kuinginkan. Rutinitas tanpa henti harus tetap dijalankan.
Kenapa takdir begitu kejam hingga jalan yang sempurna sisa abu?
Menempuh jalan sempurna. Seberapa buruk hal yang mungkin terjadi?
Dunia mengutuk mereka, kini mereka telah tiada
Untuk sekedar diketahui mereka terlalu menggiurkan
Tuan Namdur marah! Bagaimana ini? Aku takut dicurigai.
Aku diundang untuk menghadiri pesta Evi. Namun aku bingung harus memakai apa!
Seorang wanita yang rutin duduk, melantunkan indahnya karya prosa di malam hari
Ramadhan yang kini tak terasa seperti suasana yang dulu
Matikan saja, ketika lebih manis hasrat duniawi hingga merelakanmu mengorbankan negeri
Tentu saja aku pernah menyukai seseorang. Dia, orang spesial bagiku. Aku menyukai semua tentangnya.
Sekolah mulai sepi. Beberapa hari lagi mudik. Beberapa hari lagi merayakan kemenangan
Bicara pendidikan selalu menarik perhatian. Perhatian karena rasa pilu.
Satir terhadap kondisi dunia akhir-akhir ini atau bahkan kondisi dunia hingga masa depan.
Suka duka berjuang di dunia pendidikan. Sebuah investasi yang tak pernah rugi. Meski sulit kaya, setidaknya hidup berkecukupan.