Ku banting sekantong kamper ke penjuru ruang. Memastikan aroma basah yang senantiasa menyanggah hilang
Engkau akan terpukau dengan gemulai indah lewat Tarian Suwarnadwipa
Namun apadaya mengakali malam kelam yang lekat
Puisi kehidupan berjudul risau langkisau
Bagaikan intan yang tercekik dililit tembaga, hanyalah hujatan yang akan aku terima
Bukankah keruntuhannya adalah sebuah harap yang dipinta nyata?
atau takdir memutuskan untuk selamanya merana?
Menjadi permadani tak lantas menjadikanmu primadona, menjadi sebuah hiasan halusinasi dan berulah dengan congkak tak pijak maya
Rindu yang merayu lewat segumpal randu
Suara adalah gemericik sayup dan asingBertukar menjadi rapuh dan dingin
Apa yang coba disembunyikan dari semangkuk soto?
Kini pijar api membara dalam dinding kacaMenyadarkan samar yang belum tentu benar berkata
Mala seakan mendarat dengan cepatnya Mengiring celaka untuk menapak pada bijana