Aku dan kamu, seperti dua kutu buku.yang digenangi lipatan-lipatan peristiwaselalu terbaca hakikat di sebaliknyayaitu syukur dan ikhlas. Kemudian kita
Bayangkanlah tersaji secangkir puisi, warna darahdi dalamnya ada bayang sepasang rentaserupa penunggang kuda yang salah arah.Sedang batas siang terbat