Diatas Sungai Aare ku melihat sekuntum mawar terbawa oleh arus, Diam tak berdaya, mengikuti jeram menahan dingin
Pada cangkir kopi semalam Aku melihat bulir-bulir rindu yang tersamar oleh cahaya Bias. Memudarkan belenggu di sekat-sekat jiwa
Setangkai mawar kau berikan padaku Masih ku simpan di laci kamarku Satu persatu kuntup layu meninggalkan kesan indah
Lemari tua berdiri di pojok kamar nenek, Berbahan jati yang kini usang, penuh debu dan termakan rayap
Le, jika engkau tidak bisa jadi pelita janganlah menjadi malam, Jika hadirmu tidak memberi manis setidaknya jangan menjadi garam kehidupan
Dunia yang tak mampu aku gapai meski berulang kali tangan ini ingin menyentuhnya