Jiwaku sekuntum bunga kamboja, mekar di tanah tandus penuh duka.
Puisi ini adalah kenanganku saat dulu aku masih mahasiswa.
Kekasih, akan ku bawa mu menyinggahi musim semi dimana air tak henti bernyanyi
Persembahan puisi berjudul "Sekuntum Bunga Abadi" karya Erlinda Septiawati
Puisi yang dapat menitikkkan air mata. Selain maknanya yang dalam, diksinya juga indah bak bunga mawar.
Puisi ini ku tulis di tepi danau, di tengah derasnya hujan
Ayah adalah tulang punggung keluarga. Bagaimana jika kamu sudah tinggal ayah. Doakanlah, terutama jika dia telah berpulang kepada Tuhan.
Hanya puisi, memang puisi. Beberapa narasi, meracik diksi.
Kapan hari aku akan datang lagi meretas jalan-jalan yg pernah dilalui meliuk di punggung bukit berendam disedangkalan pantai bermain pasir