Oktober sering di sebut bulan merah karena pada malam awal bulan oktober tubuhna bernama bulan merah akan mekar dan menyebarkan kematian ke dunia.
Dengan hanya dua minggu sekolah tersisa, Taruna tahu dia tidak boleh berdiam diri di rumah, sakit dan akan muntah.
Dinginnya lantai bawah tiba-tiba membangunkan Awang. Dia menemukan dirinya bertengger di kursi malas tua di ruang tamu
Berjalan melintasi halaman menuju rumah duka membuat kaki Awang basah kuyup. Rerumputan tidak terasa dingin sama sekali. Rumah itu lebih dingin....
Setelah pemakaman Johar Jamil, Awang dan Kuntum pulang. Itu adalah hari yang panjang bagi mereka dan hanya tidur yang bisa mereka pikirkan.
Pada pukul delapan tiga puluh malam itu, Unit Sidik Selidik Kerajaan Melayu Raya telah dipanggil untuk menyelidiki hilangnya Bagas dan temannya Kadir.
Pintu masuk dan keluar dari pandangan Gumarang sampai dia tiba di selasar ruang operasi. Kepala bagian bedah harus berada di salah satu ruangan...
Rumah sakit menemukan Gumarang dengan mudah karena dia telah membuat masalah bagi mereka sejak dia tiba. Dia belum meninggalkan rumah sakit....
Suatu sosok muncul dari pusaran gelap. Bagas ingin berada di sana. Ayahnya membutuhkannya. Dia bisa melihatnya di matanya yang sedih.
Bagas memberi tahu Kadir apa yang terjadi padanya hari itu. Dari tempat mereka di kamar tidur, mereka mendengar ibu Bagas datang dengan belanjaannya
"Aku ingin tahu ada di mana kau malam ini, Ratna!" teriak Johan sambil berlari ke kamar mandi.
Bunyi benturan keras pada pukul empat pagi membuat Gumarang terjaga. Bahkan sebelum dia sempat meronta-ronta, dia mendengar suara gemuruh...
"Apa pendapatmu tentang pesta sejauh ini?" Juita bertanya pada Gumarang. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Gumarang agar dia bisa mendengarnya.
Hari-hari berlalu dengan cepat bagi Gumarang dan Tando setelah mereka bergabung di gerai pakaian. Gumarang merasa beban sejuta dunia telah terangkat
Akhirnya setelah merasa nyaman dengan kehadiran Awang, Kuntum bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur. Awang pasti lapar, meskipun....
Saat meraba-raba mencari pintu kamar tidur, Kuntum mendapat firasat buruk. Dia tidak akan pernah melihat Awang lagi.
Pengaturan pemakaman Johar harus segara dibuat. Halida merenung sambil berbaring di tempat tidur dengan perasaan mual karena memikirkannya.
Melihat mobil Awang di jalan masuk membuat Kuntum menghela napas lega. Semua duka yang Halida rasakan membuat Kuntum menyadari betapa berartinya Awang
"’Ya’ ayahmu sudah meninggal, atau ‘ya’, kamu melihatnya?" Awang bertanya, merasa bingung dan berharap yang pertama itu benar.
Tapi saat Bagas mengetuk pintu rumah dokter Awang, tidak ada jawaban. Dia tahu mereka harus sudah bangun karena klinik buka sekitar setengah jam lagi,