Pada sebuah Kopi yang tak begitu pahit, aku menemukan perpaduan rasa yang pas
Puisi tentang politik di negeri yang makin tumpul sistemnya jika ke lapisan atas, tapi tajam sistemnya untuk lapisan bawah
Yang perdana. Tidak melulu. Yang muda-muda
Mengintip dengan sabar berharap agar iblis tidak datang
Cerita siswi di hari Selasa saat mata pelajaran PPKn.
Malam itu cuaca begitu dingin. Angin kemarau dari timur laut terus saja berhembus
Semoga memilih bukan sekedar bisikan hati yang kadang suka menipu
Tuan hanya bisa menjelaskan Agar dipahami rakyatnya Meskipun dia seorang Tuan
Mereka yang memprotes Tuan kami tidak punya celah, tidak punya kesempatan
Koalisi atau oposisi seperti lirik lagu saja, "kau yang berjanji kau yang mengingkari"
Tuan yang bergelar, yang baik, yang disucikan, yang ditinggikan
mengalir mengikis, pada sungai yang dipertemukan akar-akar dengan batu cadas.
Kita adalah sajak yang mengetuk pagi Melihat mentari mengisi pada segenap Mendengar kicauan burung
Ini bukan daerahmuIni bukan tanahmuIni milik kamiIni tanah Kita Ini tanah milik SemuaIni tanah, makaKami juga BERHAK
Politik terpahat dalam setiap gerak, kuakar rahasia, mencari makna yang tajam.
Kami hanya ingin bekerja dan mencari duit di lahan kami sendiri
Di balairung penuh sorotan sinar mentari, Goresan-goresan intelektual terhampar
Di tepi langit, kala senja menggurat, Terpancarlah cahaya keadilan nan tulus
Di atas takhta tinggi sang kekuasaan,Melodi mengalun, menyentuh jiwa rakyat.
Keputusan telah diambil guna mengamankan satu kemenangan bermakna banyak hal