Tapi, benarkah tidak ada yang keliru dengan nalar fikir ala masyarakat pesantren itu? Saya kira ada. Pertama, nalar fikir semacam itu (sami’na wa at
Ramadhan berlalu bukan berarti kebiasaan baik yang kita lakukan untuk meraih simpati-Nya juga berlalu. Tidak, Allah SWT bukan saja mengharapkan puasa