Di sudut kedai kopiSendiri, kau tunduk termenungMelamun, menatap cangkir kopimuMenanti kehadirannyaSeorang pemilik senyum termanisKau ingin sampaikan
Entah sejak kapan,Mungkin kemarin,Atau tadi,Di bawah lampu-lampu itu,Dan di bawah purnama,Aku adalah aku,Yang bersyukur,Bersama indah wajahmu,Dan mani
Setiap batu yang terbujur di telapak jalan memanggil namamu beserta air ludah yang terlempar dari inangnya mengikis tanah sembari mengeja debu yang ak
Hari kita Lalu, Kita saling berintim pandang Di sela bulir debu sepanjang kemarau hari. Kemudian, Kita saling jumpa bercengkerama Di genang ce
Dibuai Kau menyuruhku membaca puisi Sebelum tenggelam pada tinta dan kanvas Apa arti yang lebih anggur pada geliat genit kerlingmu? Sedang aku malu-ma
Air Soda Akan lahir anak-anak semut merangkak di rongga-rongga mulut merayapi tenggorokan hingga badan perut sesekali serdawa menggertak lorong hidung
Ditelpon Handphone-nya meraung kesurupan, mencari telinga Yang sedang dahaga selera hasrat. Ia mengankatnya: Hai say