ia tak berupa datang telah lama penuhi sudut jiwa lalu munculkan ruang kosong disana kurasa ini rindu rindu yang hanya bisa kusimpan di
bapak, aku mencintainya tanpa kutau sebabnya dan dia berbeda hingga munculkan rasa bersalah salahkah mencintai laki-laki yang sembahyang di pura
Sore yang memekat tanpa sekat Aku meliuk rontokkan senyum menjingga Menari lekat, tapi mataku mencari pekat Pekat matamu, sinar warna jingga
Tak ada kata untukmu Tidak sepatah kata, apalagi berpatah-patah kata Sebab lidahku kelu pada rona senja yang menjelaga biru Dan kau diam pada
Kemana kau ketika aku sedang terlelap…? Takada suara dari deru nafas memburumu Tak ada derit bale-bale bangku tanda kau geser tubuhmu Tak ada arom
Aku menatapmu ketika sore menjelma daun-daun jatuh ke bumi cahaya jingga mulai muncul di ufuk serombongan burung terbang mencari sangkarnya seoran
Kau tau bukit itu tinggi bukan agar kau bisa melihat orang di bawahmu sambil tertawa tapi agar kau tau lelahnya sebuah pendakian Kau tau, gincum
Aku merindukanmu ketika buluh-buluhku tak bisa menari lalu bisu aku merindukanmu ketika tubuhku menjadi kaku karena tiada dirimu aku merindukanmu ta