Melihatmu seperti melihat ganja. Menikmatimu seperti menikmati ganja
seumpama adam pun hawa,kutukan khuldi menghempas kita bersama iblis menuju buanamenguji cinta tanpa pesta pora bak nirwanalaung bergema tentang dosada
di belantara hutan aksaraia menafikan renjana,meliarkan mozaik kata,dan melahirkan prosa tentang dukabiarlah fantom tentangmu abadi,dinarasikan bait-b
kata-kata menjadi asingterdampar di bilik jemalamenjelma lelungit yang kian lantang bersuaratentang haritentang mimpitentang carut-marut nyatapuisi-pu
kita fasih berpagutan,menggagahi bentala saat pukul tigabercermin aku dan kau di kedalaman netratak ada yang lain selain gelora dosaatau pantaskah kit
engkau yang senang berlari dalam jemala kala senja tibamengapa tak beranjak dari peraduan geta di sudut kamar ingatan?diam dan bersemayam menggenggam
kadang aku ingin menulis tentangmu dengan sederhanalayaknya ajaran Sapardi tentang hujan di bulan juniatau ringkasnya puisi Chairil pada bait-bait yan
riuh penghuni langit bersoraitentang pelangi yang kehilangan ronasaat ia lukis prahara di langit senjadengan kuas dura pun bara nelangsasementara di s
Kelak, kudengar suara. Gemuruh lumbung langit yang menyimpan sejuta cerita renjana. Adalah karsa, semara, dan segala yang kau bilang maha nirmala. Men
Di sudut kedai kopiSendiri, kau tunduk termenungMelamun, menatap cangkir kopimuMenanti kehadirannyaSeorang pemilik senyum termanisKau ingin sampaikan
Duka kembali melarakan jiwaDalam bentangan tekanan pada asaBertubi-tubi hantaman atas rasaMemilukan perasaan sampai ke dasarnyaBangkit selalu dalam ju