Di awal juli selalu ada janji berdua, saat berjalan selalu ada Umpama
Di malam hari selepas hujan sore, tak ada bintang tak ada bulan, di kertas kalender tak ada warna merah
Saat rembulan nampak kemerahan di atas sana, terdengar tangismu, kali ini berbeda dengan malam sebelumnya
Di sore hari yang cerah berawan bersama kawan menyusuri kota di tengah perjalanan, kami di penghujung sore di sebuah sudut kota yang ramai
Dulu kau bilang kota ini penuh kenangan dan rindu, kau bertemu dengannya tak pernah ada kabar kalau kau memelukku
Sebelum pagi esok, embun sudah tiba, bersama pucuk pucuk mimpi semalam yang terwujud.
Cemburu; adalah cermin hati yang retak, sebab itu mata kita tidak melihat ke hati
Apa kabar dirimu, kunanti sore itu Yang berselandang biru Di tepi waktu menantimu berlabuh
Ramadan, mengingatkan masa kanak-kanak dulu. Kebersamaan bersama keluarga, sehingga hal yang paling dirindu
hujan pantai barat, kemarau dari angin laut tenggara kau selalu siaga
kita adalah rumpun bambu, yang sudah berpisah sebab kita bersaudara
Di taman ini, kami diajari cara melompat, menari, berlari, bernyanyi, di taman ini kami bernyanyi; berdoa sebelum nyanyi
Di depan jalan sepulang Di sempadang jalan ujung pandang Dari sebuah kedai kopi yang tidak terlalu jauh Tempat cinta lokasi diranum
Apakah definisi mati? Apakah ia tidak sama dengan mati dicabut nyawa? Yang manakah mati masuk syurga atau mati masuk neraka?
aku menunggu siapa lagi datang berkaca melihatku mengambang, datang hanya betkacs dengan wajah sepasang berkaca kaca
Jangan lupa kopimu keburu dingin bukan mentari yang menyinari, tapi pikirmu tak kesana kemari
Januari, kaukah hujan, jelmaan awan hujan, dan angin hujan