Dear Kompasianer,Pada tanggal tanggal 26 s/d 28 Juli 2018 yang lalu, Rumah Pena Inspirasi Sahabat (Rumpies The Club) telah mengadakan event puisi yang
Mengapa? tanyaku. Saat butuh teman, akan datang aku! seruku.Tetapi begitu perihnya diriku, aku tak lagi bisa menopang hancurnya hati. Dunia seakan ber
Aku dan kamu, seperti dua kutu buku.yang digenangi lipatan-lipatan peristiwaselalu terbaca hakikat di sebaliknyayaitu syukur dan ikhlas. Kemudian kita
Lalu lalang manusia di terik yang menantangBerdesak-desak menapak jalanan yang menyempitTiada kenyamananTiada keamananSebab maut membayang tatka
tik tik tik. hujan menitik di atap berisik. menyelinap memercik ke celah bilik"mak, bocor!", teriakku memekik. tapi emak tak menjawab balik. mun
Ada yang memilih menutup mata, saat seharusnya seksama,Ada yang memilih bungkam seribu, saat seharusnya membelaPadahal semua kita lahir diiringi lengk
lenguhnya membahana alam peluhnya banjiri tanah kering lelaki tua dalam lilitan kain sarung usang menjejaki pematang tempat ia impikan
Ku ingin jadi mentariyang bisa memberihangat pada sang kehidupanKu mau menjadi hujanyang dinginkanpenat nurani insaniAtau ku ingin jadi sang anginyang
Sekuntum tumbuh dan mekar indahbunga merah jambu di teras rumahharumnya ramah, kuingat, wanginya luluhpada jauh hari yang begitu teduh.Tentu saja itu
Aku menulis ini untuk diriku sendiriUntuk mataku yang tak pernah bisa aku bercermin padanyaLaluUntuk hati yang tak bisa aku bacaPadahal aku memilikiny
Puisi : Edy Priyatna Sekalipun tak pernah nyatanamun mampu merasakan hadirlaksana angin sejuk dalam perjalanantawa ekspresifmu tanpa suarasetiap
kau tak akan mengerti,mengapa orang miskin mengajarkan cinta kasihkau telah melewati segala rupa udaraharum minyak dan emas menyala,wangi hijau pohon-
Aku melewati lukisan indah. Sepasang kekasih memadu cinta. Mereka berbisik mesra. Tinggallah, tinggallah. Sesap setiap tetes madu manis ini. Mari meme
"Nak, lipatlah dahulu perutmu!" pinta ibu berbaju biru berhias benang ungu yang melekatkan kain blacu atas koyak berjumlah seribu.Si kecil berkepang d
Oleh : MiraKu ambil sebuah penaUntuk kurangkai kataIngin kutumpahkan rasaTentang sesuatu yang sirnaSedikit demi sedikit menghilangRasa empati yang sem
Kapas-kapas Merah Jambusiang terik sedang memanggang,kita duduk dan bercerita tentang kapas-kapas yang manismerah jambu,seperti rona gaun nona di mobi
Oleh : MiraHati yang ButaAcuhnya RasaMatinya sang pekaHanya diam dalam dunianyaRaga tak niat menyapaHati tak niat bersuaraEgo yang begitu kuat menguas
Aku dalam kenanganAnak negeri berkuranganDalam balutan kemiskinanTanpa adanya harapanDalam benakKata berbisikMari bergerakMari serentakBerbagi dengan
Oleh : MiraAku, tinggal di kota besar,Rutinitas ku jalani dengan sabar,Tak peduli panas matahari yang memapar,Tak 'kan pernah ku gentar.Sepanjang hari
Kamu terpajang di depan pintu rumah namun kita semua saling mengerti bagiku sangatlah luar biasa engkau amat bermanfaat saudara sa