Cahaya redup mewujudkan sintesis antara terang dan gelap, mengingatkan kita pada konsep dialektika Hegel. Ia menunjukkan bahwa kebenaran sering terlet
puisiku, tentang diri yang berusaha mengenal diri. Melangkah dalam redup, mencari siapa sesungguhnya Aku
Di tengah samudra yang luas dan misterius, sebuah kapal api melaju dengan gagah, menembus hamparan air yang tak berujung.
Malam sendiri (Px.here)Di meja kayu gelap, duduk sendiriPiring kosong, cahaya lilin redupSuara sendu piano memecah sunyiDi ruang malam, hanya ada aku
Puisi diatas batu besar, dia disitu meeting seadanya tak pernah berkesudahan dan tetapp ada.
Tindak pidana korupsi yang terjadi di tubuh birokrasi adalah pengingkaran terhadap nilai-nilai ketuhanan pada Sila Pertama Pancasila
Ada yang Lebih Redup dari SenjaDi ufuk barat, mentari menyapa malamMenyisakan jingga yang perlahan meredupNamun, ada yang lebih redup dari senja
Karya Destine MTsN Kota Padang Panjang
Di sini, aroma kopi menyapa, merangkul lelah dan resah yang mendalam.
pengorbanan tanpa batas, menderita dalam pemberian
Rembulan redup-redup, bibirmu memeluk sendu, kelopak matamu meliuk
Keredupan tidak selalu membuat hati luka selama itu masih ada cahaya ilahi yang menyinari hati
Cahayanya meredup satu demi satu, sinarmu menjadi abu-abu
Di hening malam yang mulai berawan. Tergantung luka-luka dan potret kenangan
Senja Tak Diundang. Tak semua bisa teringat. Ada bahagia dan iba. Ada kebohongan dan kecewa
Puisi tentang hamparan alam yang terlihat dan masa depan.
Sebuah puisi tentang rasa kecewa pada seseorang...
Puisi kelima dari delapan rincian judul puisi tentang Baju, khususnya tentang Baju Duka. Semoga bermanfaat.
Tentang sikapmu Tentang kecantikanmu Tentang indahnya senyum manismu Engkau sangat sempurna Tapi,... Rinduku semakin redup