Tanpa banyak pertimbangan, Gadis, Roy, dan satu sahabat Gadis bernama Mia, pun akhirnya melakukan perjalanannya dari Banten ke Malang.
Salah satu keajaiban dari Aliran realisme magis adalah kemampuannya untuk menggabungkan dunia nyata dengan unsur magis tanpa kehilangan keseimbangan.
Dalam, kredo puisi, dari landasan puitik, Sutardji C. Bahri, yang menitik tekankan anggapan dan asumsi bahasa atau kata bukanlah alat,
Karena penyakit dan dosa adalah milik semua umat manusia
“Kalau nanti jembalang mengawinimu saat kau mandi, aku bisa memantau tanah putih milikmu.”
"Gayatri adalah yang terkutuk, nanti kami tertimpa malapetaka"