Sebuah puisi tentang perasaan bodoh yang harus terlampir pada temannya masa lalu
Sudah cukup hentikan...Tiada bernalar apa yang kaulakukan, tak masuk di akal apa yang kauucapkan. Tiada pernah sama ucapan dan tindakan, dan kau masih
Ini bukan menonton tanpa rasa terlepas dari kontroversi dan riset yang mendalam ternyata sang maestro film layar petak Hanung bramantyo seakan t
Kuraih kemuning pengganti melati, sebab putih tak hendak bercela. Kupilih hening menanti hati, dalam risih kasih menyela. Letih kening kaki meniti, ra
Aku utara…kala berhembus angin surga. Pada sesuatu yang lebih berharga, pada rupa, pada harta di lain cerita. Berpikir hidup abadi selamanya, tak hend
Tak lelo… lelo-lelo ledhung Cup menengo ojo pijer nangis Anakku sing bagus rupane Yen nangis ndhak ilang baguse… Tidurlah Anak, t
Tidak kuharap pakaian yang kausulam dari benang sutra. Sebab diri tahu sejauh mana asa yang ada. Telah jauh kuterima, sebab diri sering berkaca. Meski
Kala datang hasut keinginan menguasai hati…berbilah cabang pikiran tak hendak menyinggahi. Ambisi. Lantas imaji melambung tinggi, bukan kebaikan akan
Dan diri bisa tersenyum melangkah di bawah cakrawala.Seperti titik-titik embun di pagi hari. Yang memuai bersama hangatnya mentari. Meski sedikit kese
Lalu kau berkata; tidakkah kau sadar tiada mungkin bertemu ruas dan buku? Apa kau tahu, sejak kapan air tak ‘kan terpisah dari minyak? Tiada mun
Petik kupetik si bunga melati, rajutkan satu jadi hiasan. Penyunting gadis sang penakluk hati, sekali kudapat tak hendak kulepaskan. Melati kupetik di
Dulu, pada masa yang lampau. Ibunda pernah bercerita pada anak-anak yang akan pergi merantau. Yang ia tahu pasti akan membuat hatinya risau. Pada kese
Pagi, mengawali hari. Langkah menapak ibu bumi, berteman caping dan cangkul di bahu kiri. Tiada satu terlihat alas kaki. Menyentuh kesejukan dari kehe
Mimpi menjelma pada malam yang tenang. Senyum dikulum kala terbangun di atas nyaman ranjang. Tak hendak bangkit sebab mimpi indah masih terbayang, mem
Di bawah payung megah, ragaku… rebah. Tak terusik jemari sapa bayu merengkuh, diri tetap bermuhasabah. Banyak sedikit, besar atau pun kecil, be
Di… pada rasa yang menyorakkan; Kami adalah kebenaran. Angkuh. Kita berbeda tetap satu jua. Sombong. Lantangkan tuntutan hak kebersamaan, pemer