Terima kasih telah berjuangKetika denyut nadimu melemah perlahan
Sungai-sungaimu mengalirkan susu. Rimba raya pun membuahkan madu
Mata mama jernih seperti kacadi sana pun aku memandang laut dan telaga
6 Desember 2021, tampilan google doodle tampak berbeda dari waktu-waktu sebelumnya
Setiap hari kedua tangan bapak mengangkat beban hidup dan meletakkannya di atas bahunya
Kita adalah pahlawan ketika mengalahkan keegoisan mengalahkan kemarahan dan kegeraman.
Terima kasih Kompasiana, mau menerimaku apa adanya. Semoga di pertambahan usia, kau semakin jaya semakin bermakna.
Jemarimu cekatan merajut harapan. Serat-serat kesukaran kau jalin dalam satu perjuangan. Baca selengkapnya puisi Sejuta Asa pada Noken Mama di sini
Puisi tentang Nabila, gadis belia bersahajahatinya sekuat baja, luas bak samudera
Kupadamkan gelisah yang membayang sepanjang hariMerebahkan segala kenangan dalam dekapan ilusi
Ia menutup wajah masa depannyadengan kedua tangannya yang hampa
Puisi tentang kaul yang menyelimuti dengan kasih sayang, memayungi dengan petuah.
Kabut pagi di hari itu begitu pekat menutup hati dan budi sang juwita Ia terperosok dalam kubang nista Disaksikan berpasang-pasang mata
Akar kebhinekaan semakin kuat mencengkram
Jiwaku menukik mengemban seberkas rasa yang telah lama terlunta-luntBertengger di ujung dahan temaram senja dengan segenggam asa
Dalam asan yang dibungkus ketaatan, ia mengebas jelaga keraguan Diambilnya segenggam kebaikan yang tersisa dalam tempayan
Suatu hari nanti, tawamu yang lepas kembaliDuniamu yang hilang didapatiBuah hati bunda Pertiwi riang berseri
Puisi yang bercerita tentang harapan
Kini kumemahami, bagaimana rasanya berkeluarga, mengayomi dan melayani
Di ruang ini, kubebaskan intuisi bernyanyi, melukis rasa dalam gurat-gurat aksara