“ASIIIIIIIH…”, Pagi itu tanggal 26 Hans sang kades tampak panik. Ia terlihat berteriak-teriak berlari dari pekarangan kantor desa. “Ada apa mas Hans
Kali ini pos ronda tampak berbeda. Pada bagian atasnya terpasang papan bertuliskan Rangkat Cinta Sederhana. Yang lebih membuat berbeda adalah Hans san
[PM-FF] Stadion Mencekam Oleh: Ghumi (no. 58) “HEH! Sini Lo! Iya, elo yang gak pake baju kuning!” Seseorang dari kerumunan berkaos kuning meneriaki
"APA?!? ANDI LAU?!? Sejak kapan?" "Loh?!? kamu memangnya tidak tahu?!? Sudah dua hari belakangan ini." "Aku tidak percaya! Coba buktikan!" Ajeng
Pak Edy sang RW Rangkat yang terkenal bersahaja dan santun tampak berbeda sore ini. Kedua kakinya dipacu bergantian cepat. Berjalan tergesa. Sinar mat
Siang itu Hans sedang berada di dalam kelas diundang Bu Guru Yuli untuk menerangkan pentingnya patuh pada perkataan orang tua. "Ingat ya anak-anak, k
Siang hari pukul 3 di pos ronda ada Jaka dan si tampan GARONG. "Gimana itu kisah cinta kades kita? Kapan kita punya Bu Kades?", Jaka melemparkan perc
“Hah?!? Sudah selesai rondanya?!?”, Hans sang kades mengucek-ngucek mata. Sudah pukul 3 pagi, ronda selesai. Ari Jaka, Inin, Garong dan Hans meningga
“Maaf Mas Hans, Mahar gak suka anggota skinhead...”, ucapan ketus Mahar diiringi suara bantingan pintu. Malam minggu kelabu untuk Kades Jomblo ini. H
Ajeng menggenggam senapan laras panjang untuk berburu milik kakeknya. Baru 2 minggu lisensi berburu dimilikinya. Di Kalimantan ini dia ingin memburu b
Hans kala muda sangat terobsesi dengan ikat pinggang kulit ular. Ia kemudian mendatangi gerai aksesoris kulit yang terkenal kualitasnya. “Ini berapa
Ujang sedang naik bis di Jakarta. Ujang yang dari dusun tanah sunda kebingungan bagaimana cara untuk menghentikan bis. * * * Ketika bis melewati jal