Magnificat...Magnificat. Indah megah termadah. Magnificat anima mea Dominum. Sebab telah usai masa berkabung.Tanggalkan jubah kelabu, kenakan syal war
Memang lelah itu hambarsetelah segala jerih terumbarLalu di simpang kautibaberayun harap dan cemasHarap nanti baik-baik sajaCemas kelak tak baik
Kebaikan itu lilinkejahatan gulita melingkupiPendar muram dalam gelapmata siapa tak menyambutKebaikan itu lilinKejahatan angin berhembusnyala goyah da
Suara-suara dari masa lampauserak yang terus mengganggusuram kisah hendak dikubursengit menuntut agar jujurSuara-suara dari masa lampausekedar ingin t
Tentulah hilang telingaTersisa mulut terus mengangaTeriak kata-kata tanpa titikTetapi mendengar sudah takMata orang-orang membutaMenari jemari s
Bulan politik tidak lagi purnamaBualan pun tiada gemaHalaman surat kabar senyapPara pembela rakyat lenyapPada bangunan-bangunan pengapBuruh kembali be
Demikianlahdalam kebersamaan dengan lautdalam pengabdiannya pada lautsegala puji bagi indah pantai menjadi patutsebab berpantai bukan semua lauttetapi
Engkau ingin menjadi anak-anak itumenghadapi hidup ladang canda tawameledeknya sekedar ombak telukmenderu ramainamun lunglai menghantam tubuhmenghempa
Seperti perahu bertambat sauh Engkau tak lagi ke mana meski hendakmu ke segala menari dalam tiupan angin hingga jauh Seperti perahu bertambat sau
Uwa haeng wulangberoleh umur panjangdoa kami menjulangembun pagi riangcerah langit siangmalam kemilau bintangLangkas haeng ntalasuksesmu jauh kelanali
Hari raya menyapa kota yang sibukbebaskan orang-orang dari suntukpusat perbelanjaan hiruk pikuksampah-sampah menumpukHari raya selalu hujan sampahbete
Pecah malam sepiriuh hujan menariterbangkan nyaliButir air deras menghantambagai batu bunyikan dentumatap seng tua berkaratdinding dendang derit sekar
Bukankahcinta adalahcercah cahaya menjadi tubuhdarah dan dagingkehidupanTentulahdirimu adalahpendar cemerlang paling indahdunia kecil kamisempurnaTang
Engkau ingin menghidupi anak-anakmumemberi kesempatan serupa pada cucumujiwa-jiwa yang belum hadirkelak sendiri memilih takdirKami melihat bukit-bukit
Inilah hebat zaman kitaKetukkan saja jemari dan rindu bertukarMerpati dan tukang pos dibunuh menara-menaraBeranjak tandang adalah keisenganKegemaran o
Lelaki di gersang Solorkisahmu kenangan membatujejak imunisasi pada bahuKisahmu di gersang Solorterbata kata yang basahngeri mengharukanharu mengerika
“Bapak, mari saya panggulIbu, saya bantu pikul”Lelaki tua kuli panggultawar jasa gendong bakulSetengah hari berlalusemua bertampik lalunamun lidah tol
Aku melihatmu subuh tadi dapur masih gelap sepi berteman redup nyala api tanak segantang jagung bekal meladang Aku melihatmu siang tadi pundak pikul k
Cerpen | SUSILO BUKAN MANTANArsip: PUISI Padika | CERPEN Padika| CATATAN Padika
Dinding bevak banyak lubangatap coklat alang-alanglantai kulit ibu bumiItu surga indah kamitempat gembira bernyanyipelosok Timor yang sunyiDua orang g