Lagu lirih itu mengambang pengantar rehatbersama mendung di atas kota, dinginmengancam. Liriknya ke mana-mana.Malam serasa benar mengusap kulitSepi te
Serupa sosok dalam kanvas, ada saat jeda, ada waktu pamitKanvas lama menjelma kenang kehidupanDuduk termangu, lama menunggu, serasa tak sabarDi belaka
Setiap pagi kuhitung selalu, jeda yang kutempuh dalam nyenyak tidur, sebelum kemudian Subuh membangunkan tubuh
Kenanganku dibawa kunang-kunang, dan aku tinggal sendiri pada sepanjang pematang hingga pagi. Seperti beku diseduh embun dengan asap kebakaran hutan d
1/Ahad pagi sesekali beraroma puisi, entah mengapa. Begitu bangun dan terucap Alhamdulillah, hari bangkit perlahan. Rasa dihidupkan dari tidur lelap s
Aku rela tenggelam, dalam keruh air muaraandai sajadapat kutemukan tubuhmumasih dengan seulas senyum, yang lamatak kaupamerkan padaku. Aku rindu.Di pa
1/ Rumah mungilku tanpa pintu tapi ada berjendela tempat sewaktu-waktu aku iseng melongok ke luar pada pagi dan siang, terlebih pada ma
1/Batas khayalku hanya seteguk kopitak lebih, tak bergeser sejengkal punpahitnya sepanjang hari, panas membaramanisnya melenakan sekujur hati.Hanya ce
1/Sebatang lilin menggantikan gelapyang tak sepenuhnya terang. Ada nyala memangtapi cahayanya mengigil kedinginandibungkus gelap yang membekukan.Sente
Lelaki tegap itu tampak garang betulsulit senyum, gampang meradangIa mungkin bagian dari gerombolantak bernama, yang bergerak dalam senyapuntuk alasan
Jangan hujan besar menjadi banjirdan banjir meluap kemanapunmenenggelamkan perkampungan dan warganya.Kami butuh embungsaratus atau seribu pun tak apau
Pada permukaan batu-batu kubacatanda cuaca yang tak hentimenangisi dendam. Jejak terguratpada langkah tak kenal patahmerawat hati manakala siang
Aku ingin mendamaikan hati dengan hujan. Rinai yang sesekali lewat, menyiram tak terlalu basah. Lalu pergi diam-diam untuk kembali mengembara ke padan
Akhirnya kutulis juga puisi inipada batang-batang bambupada pasir putih di bibir pantaijuga di dinding hati yang kian ragu.Sepi sebagai penadan rindu
Para lelaki berlagak jagoan dalam penenggak kopiberbusa bualnya, nyaring pula, hingga lupa pulangsampai pagi. Namun aku suka gaya merekaserupa pejanta
"bagaimana rasanya jadikoruptor?" tanyaku pada isteri yang dari tadimencari-cari receh untuk beli sayur."tergantung waktunya,' jawab isterikutanpa men
Aku dan kamu, seperti dua kutu buku.yang digenangi lipatan-lipatan peristiwaselalu terbaca hakikat di sebaliknyayaitu syukur dan ikhlas. Kemudian kita
Sekuntum tumbuh dan mekar indahbunga merah jambu di teras rumahharumnya ramah, kuingat, wanginya luluhpada jauh hari yang begitu teduh.Tentu saja itu
1/Memang itu namanya. Ngabalin, bukan yang lain. Dari ujung timur sana merah-putih berkibarangetarnya sayup-sayup sampai. Warnanya memudar, sema
Pagi merekah bersama cerah, dan Zohri berlari tanpa alas kaki. Sebab sepatu menjadi barang mewah. Namun dari rumahnya yang sangat sederhana, semangat