di depan plaza, perempuan itu termangu, menghitung curah panas matahari. matanya menyimpan entah kenangan atau penantian.kendaraan lalu lalang tak ped
Aku ingat janjimu, guru: jika engkau mulai menghayat cinta, kematian akan menjemputmusebab cinta kekal dalam peluk mati, bukan didekap hidup yang
Adakah yang lebih tresna selain maut yang akan mencium bibirmu?Adakah yang lebih cinta selain panggilan nafiri tanda akhir musim?Adakah yang lebih sya
Mengapa aku harus mencintai, guru?Apakah sebab rahasia-rahasia pengetahuanmu itu?Apakah sebab kisah-kisah yang diriwayatkan kitabmu?Apakah ramalan bah
/*/berdiamlah dalam sarang warna dan irama garis ini, perempuanku. berdiamlah dalam sarang meditasi inj bersama gerak sunyi lompatan bangun, &nb
Kakek para nabi dan rasul diturunkan untuk menyemai cintaperjalanan panjang dari gerbang firdaus hingga jabal nurpenuh kisah-kisah cinta yang semestin
terbakar diri, jiwaku melayang serupa planktonsayup suara gamelan, sayup suara talqinmenara-menara hangus pemandangan kabutremang-remang yang tak bisa
lelaki itu, memandangi waktu yang bergangsing lalu lalang, berkelebat tak jelas mana masa silam dan masa depan, mana yang suwung mana yang hiruk pikuk
terperangkak dalam bising badai dukaku sempurna jadi purnama tebing-tebing hari melukis muka yang renta dan bongkok.usia telah diseret kabut melingkar
Senja selalu membawa wajahmu menguntit perjalanan lelahku.
kutemukan peta baru antarkan malam rebah di tubuhmulekuk kulitmu seperti sungai ngalir di balik rekah-rekah batumenanti sebuah sampan melempar sauh me
berdiri depan pintuMu di tengah malam dingin yang bekutanganku selalu gemetar, jiwa bergetar dan lidah senantiasa kelukuingin ketuk pintuMu tapi terin