Di langit biru yang tiada berujung,Dipeluk oleh mentari yang hangat berpijun.Dalam sinarnya, terpancar keindahan,Menginspirasi jiwa yang gelisah
Sejengkal tangan menyapa Panjang diukur tiap vital Di situ serakah bermain duka Mempermainkan kesehatan akal Tak peduli air mata membasah Selalu
Sajakku kerikil jalanan maaf menganggu para pujangga Sajakku kerikil jalanan diinjak para pejalan ditendang ke tepian dibuang got
Di suatu itu mengalir pahara membuat segelintir sukma melupa melupa apa di lupa perjalan duka itu kuasa Sini lihat para tawa bermain inang purb
Aku anak matahari titisan dewa keringat mencari kendikendi murni diatas dipadipa hangat. Aku anak matahari di lahirkan kandungan d
Sebelum alaram alam berdering Menyambut percikan penghembus malam datang Semua telah siap Berjalan sudut malam remang dingin Menggapai gapai keuan
Mari kita desahkan nafas penantian ini menghembuskan setiap panjipanji rasa lihat dan lihat rinai hujan sore untukmu suci disitu aliran kerea
jemarijemrimu begitu lentik memainkan dawai malam mengalunkan nyanyian para perindu romansa suarasuaramu begitu menusuk pada lembaran kesunyian
Hening segalas kopi pahit hening dalam penat membuat rasa tak menghambat. Di bangku ini aku selalu berkata umpat pada lembaran kenangan pe
Germicik nyanyian anak hujan membuai membuai angan pada ujung tari tak sedikit getaran nokta kata memberi memberi kesyukuran menikmati hari.
26122011 Segelas kesucian ku reguk dalam angan sayu merasakan aliran membasahi tenggorokan bisu tak terasa kepedihan menerpa hati ujung mata
Tiap desa selalu berjalan mencari asa menikmati segelas kedamaian bersama cinta pepohonan riuh menari indah penuh aroma nada "Dimanakah aku s
Berterbangan mimpi jauh angan senyum lamunan memulai keinginan menggapai keangkuhan hati kudian tetap kenyataan dirasa emperan kalian
Tangis mengalir tenang ujung hutan berserak keraguan buluh bambu terpikirkan tentang norma ragu mati rasa kelabu jingga ungu kian
Jalan ini Tidur tak pulas kami alas kardus saksi emperan toko bermimpi Jalan ini Tak nampak berdasi hanya caci maki lari menepi Ja
Aku selalu dungu dengan cinta tak terjamah segala kampung romunsa jauh begitu jauh. Aku selalu merasakan cinta lekat di jiwa penuh duka dek
Tua tak sadar Menikmati keangkuhan sadar bercumbu bersama nyanyian dunia melupa anak cucu bersama keluarga bersenandung kutukan duharka
Gemuruh hari badai lautan terombang ambing ketulusan sendiri bunda di atas sampan ganas lautan menuju tanah seberang kehidupan Teri
Melebur keringat siang dinda membasahi kulit lembutmu tetap terus berjalan tampa denda peduli itu rasa pada kehidupanmu Meresap udar
Surya menjilat menyentuh kulit kumuh noda jalanan Kekurangan jadi unggulan penarik hati yang berhati. Pakaian lusuh bercampur kumuh