Warta warta akan pamrih Sirna dengan sederhananya
bau semesta sangat menantimu semua sambut setiap tawa dan tangismu
Malam ini rasanya aku kembali ketempat yang kurindu
Rembulan penuh di bola matamum senyum merekah disetiap nirup nafasmu
Telinga ku penuh dengan kidung Harap harap mataku terpejam
Di ujung sana di depan mata terik menguasai cakrawala
Diruang ramai itu Orang orang penuh suara Teriakan gembira, teriakan takut Menghasilkan upah kerja sehari
Kepadanya, Aku bertanya dalam kalbu Mengapa derai derai air Masih di ujung pipi
Ragaku perlahan membengkak Rambutku perlahan menjatuh Mataku perlahan meredam Telingaku perlahan mereda
Baskara pagi pun masih sama Jalan jalan hitam nan ramai Dan sibuk sekitar pun masih sama Tapi kenapa rasanya sudah usai
Hai pemilik segala nafas Kau tahu air mataku kering Kau tahu suaraku habis Kau tahu ragaku lemah
Aku berdiri di tengah semesta ini Membawa semua rasa yang kumiliki Melepaskannya dengan hembusan nafas Nyatanya masih banyak gelap tak lepas
Suara suara ombak itu kembali ku dengar sekian lama. Suaranya masih sama
Si puan nan penuh benci Meletakkan angan dalam laci Menyimpan rasa rasa dalam peti Menyesali hati di setiap hari
Alam dan awan saling mengentuh. Para pancari benar bersiap. Roda dua jadi teman jalannya. Lubang lubang kecil penuhnya
Wajah mu penuh malis. Keringat membasahi ragamu. Tulang Putih
Suara gaduh di dalam kelas itu ucapan gembira pemicunya yang mereka tunggu tak hadir tak berpikir hari ini