Mungkinkah ini yang disebut menikmati prahara hati
Terlalu bodoh mungkin itu aku Ketika terkekang rasa cinta sendiri
Aku tahu ini beratMembuat badan tak semangat Ketika kenyataan ku dapat Di anganku, bayangmu masih jua berkelebat
Mengejar angin semakin tak mungkin terlebih lajunya yang menjauhi ingin
Ada sejuta memori yang telah tercipta Ada berlaksa rindu telah ada Kala kau memilih pergi menjauhi rasa Kalau kau memilih tiada jumpa
Kadang aku ingin berseru-seru memohon pada Tuhan, ijinkan aku menepis rindu pada sang kekasih
Dan yang menjadi raja dalam jiwa kini hanya ada cinta yang tulus
Ku menatap angkasa dan melihat gelap Mungkin bintang dan bulan sudah bersembunyi dibalik senyap
Sebuah kata yang memicu dua makna. Setidaknya bagikuKini dalam suatu keadaan jiwa
Bukan sebuah mantera. Bukan pula sekedar lantunan kata
Perasaan bahagia menatap bunga-bunga yang sedang merekah serta kebaikan hidup.
Nyaman, aman, tentram damai Itulah yang terasa saat mengingat pesonamu
Ada gejolak rindu menggema herannya tanpa suara Pun segenap rasa yang sempat terpupuk di relung sukma
Puisi yang mengungkapkan kepercayaan diri seseorang akan tangan Tuhan yang menyertai hidup
Hai Senja. Sejak kapan kau kehilangan makna. Apa itu hanya sebuah praduga
Pada rembulan malam aku bercerita. Tentang sebuah kisah yang dirasa rindu
Kau tahu Cinta itu datang tiba-tiba saja Memberi makna dan aneka keindahan dalam buaian rasa