Puisi ini layak menjadi media kontemplatif menjelang PILKADA Jakarta. Baca puisi ini sampai tuntas.
Tentang kamu, yang memimpin kita di tengah gelapnya malam yang sunyi
Bulan fenomenal abadi berkilauan sepanjang masa Membelai kalbu dan sukma
Pepohonan bagaikan penjaga jaman dahulu Berjaga -jaga kisah mereka yang belum terungkap
Biarkan hujan membasuh dan menyucikan untuk membawa kesejukan hati
Tak seorang pun datang membeli lalu membayar dan membawa pulang
Setidaknya tidak perlu banyak berharap
Di waktu yang tepat kita akan bertemu kembali
Terkadang ketika kita melihat pencapaian seseorang, kita sangsi dan lupa siapa kita.
Puisi atas penyesalan seseorang yg telah pergi ditinggalkan. Ungkapan rindu tiada akhir utk kembali menikmati hari bersama.
Hidup adalah perjalanan panjang menuju pulang. Perjalanan penuh misteri.
Ibu adalah sumber daya juang si buah hati. Hati Ibu adalah telaga memuat segala-gala
Pohon tua sebagai analogi bagi manusia. Apakah masih berguna?
Musim angin cukup menakutkan. Bunyi dan gerakan spiral puting beliung sungguh dahsyat
Bumi ciptaan-Nya harus dijaga dengan baik agar semua baik-baik saja. Jika terjadi petaka, berintrospeksi diri sangat penting juga.
ingatan kepada sang mantan begitu kuat mencengkeram
Pikiran ketika malam tiba
Lihatlah, wahai langit, bulan, dan matahari