Puisi tentang seseorang yang terlalu kecewa dengan janji palsu manusia
Tuhan... Bolehkah aku menangis? Menahan semua beban ini, terasa terlalu berat
Layaknya arloji yang senantiasa hidup, namun keberadaannya sekedar ditilik, dan disepelekan
Puisi ini tentang seseorang yang disia-siakan oleh lingkungannya padahal ia sangat memperjuangkan sekelilingnya
Puisi tentang kondisi manusia yang memberanikan diri untuk berontak
Puisi tentang kekecewaan dan rasa kehilangan harapan.
Berharaplah kepada Tuhan agar selalu merasakan ketenangan
Yang tersembunyi Atau mungkin Memang sebenar nya tak ada Rembulan pun seakan mengawasi
Bagai kayuYang sengaja dibakarMenghitam menjadi arangHingga menjadi abuKau berada diatas abu ituTersenyum bahagiaMenginjak serta menghempasMembiarkan
Sesak rasa di hati kian menghimpit nadiiRiak riak sunyi menyelip menari asik mengusik luka sesekali menyerkap menghampiriKu hamburi jalan penuh l
Rasa manis terlempar irama merengang terdengar samarNyaring kicau burung camar mengema dibalik tirai kamarPada kehampaan tirani yg ku hakimi telah pas
Barangkali kau merasa pilu beberapa hari ini tak kau jumpai kalimat-kalimat sajak yg merdu yang sengaja ku letakan di halaman muKarena kata-kata yang
Aku masih memanggang tubuh mu diantara panas api dusta muMelilit kencang dendam diantara mulut nista muAdakah gumpalan darah merajah terselip di wajah
Usai sudah rangkaian rasa yg ku pertahankan..Pupus sudah penantian yg ku tunggu di telaga pelabuhanSementara apa yg harus ku lakukan....!Luka harus ku
nilah cinta yg harus berakhir luka,penantian yg selama ini ku pertahankan hanya menemukan titik kebohonganApa yg harus ku lakukan sementara HARTA yg k
Inilah rilisan penantian kami yg telah terhempas dustaKetika penantian hanyalah kerudung pelampiasan belakaKetika kesetiaan hancur ditelan hartaKenapa
Setelah malam akan ada pagi yang menyinari basah tangis kuDi antara luka-luka yang mengebuKatakan,bila cinta itu kebahagiaanTapi kenapa harus mengobar
Aku tidak akan pernah lagi menulis puisi. Sudah kukatakan berulangkali pada dinding dan jemari hujan yang perlahan membekukan kenangan dalam peti-peti
Sekian lama aku jalani penantian cinta ini Dengan cukup dengan kesabaran hati Aku mencintai dia bagai karang yg terhempas badai.. Kokoh tak akan
Gimana ku bisa mengikhlaskan semua ini.. Sementara DIA menikah dengan orang yg dulu DIA bersumpah tak akan menikahinya.. Sungguh menyakitkan...!