Zaman berlalu. Musim berganti.Lalu pulang adalah tujuanmu.Kau kembali ke pangkuan sunyiseorang ibu yang tabah menanti.Kau kini mendapati kakimuberada
Yogyakarta.Kutulis Jogja di atas subuhmenjelang jingga di langit timur.Kutulis jogja di atas selimut Malangyang masih hangat.Apakah Jogja?Apakah Jogja
Kekasih, jika kau maumaka inilah cangkirkuisilah dengan air matamunamun jangan dengan ciumanmu.Dan inilah bibirkukecuplah dengan lukamunamun jangan de
Di tempat kau janjikanAku menantiDengan beberapa cangkir kopiTelah mencapai dasarnya masing-masing.Tinggal cangkir terakhir penuh harapYang mencoba un
Di sepanjang jalanmenuju kota,lelaki itu mendapatidirinya disorakidengan lambaiandedaunan hijau.Lalu seseorang bertanya,"ini tentang apa?""Tentang kem
Satu lagi berita duka datang mengetuk pagi nan sepi.Embun pagi berganti air mata duka.Oh, ini cerita apa lagi?Setelah kau patahkan seluruh mimpikini,
Apa lagi yang kau cari di sana?Kenangan? Luka?Atau membangun masa depan di tempat surya menyapa dari balik gulungan ombak selatan yang dasyat itu?Kau
Senja tadi kau sendiri lagidilanda sunyi keparatsekarat di dadamu.Kau seduh sedih dari gerimis senjadan air matamembasuh lesuh raga seluruh.Cahaya lan
bahwa telah sekian lamaaku mengambil sebagian namanya.Ku sulam setiap huruf menjadi kata.Ku rangkai dengan seluruh asa.Ku eja nama itu berulang sampai
Sebab dikau aku teringat rupasekaligus ceria warna langit.Serupa garis-garis tangan yang mengingatkankubahwa hidup tak sebatas takdir.Subuh dan tubuhm
(Kepada TR)Bahkan lekuk-lekuk tubuhmu adalah sebaris puisi panjang sepanjang jalanan yang masih kuikuti.Menghanyutkan tentu.Melipat-lipat setiap jalan
Di bawah remang-remang lampu jalan dan penyesalan yang hampir meledakkan dadaku malam ini, kawan.Rasanya sangat konyol mengingat teman-teman mahasiswa
Dan wujud wajah sujud di atas kanvas.Ada tulisan XXX tepat di atas kepala.Seperti menjunjung sebuah rahasiaDari memori masa lalu.Samar senyum.Kamar se
Seperti seikat bunga musim dingin, kau terpikat membawanya dari aroma salju.Dengan seikat warna dari cahaya yang jatuh dari kabut gas musim dingin, ka
Kau duduk merenungi sepi dengan lembab pipimu. Air matamu adalah tinta bening di bawah langit Malang yang merenung mendung.Tak kuasa kau bendung rindu
Baru saja pagi tadi aku berlari dari mimpi yang memompa fajar terbit dari celah terali jendela.Kutemui sebuah pagi yang sepi dalam secangkir kopi pana
Dan hujan lagijatuh dari bibir cangkirsebuah cangkir kopiyang kian dinginsepi juga masih.Kudapati kau di selasar rumah mayaketika senja beranjakkau du
Ia gadis baikmasih belia dan apik.Ia suka membelaiyang mendua rupa helai.Ia serupa petaka angkaramerajut nasib sebatang kara.Selempit kata ia ucap pat