kerak dari puisi kita hanyalah esensi-esensi resmi duduk dan menepi dalam imaji adalah agenda berangkat sendiri dalam angan-angan adalah punca
[caption id="attachment_105334" align="aligncenter" width="300" caption="minum puisi(doc,LENSAKIRI)"][/caption] kita terikat janji-janji palsu k
berkibarlah sendiri di langit Indonesia sambil bergurau dengan udara penuh cemar kelak terbiasa juga angin dari utara bermusim-musim menyenta
a) “Puisi tak laku dijual” mertuaku mengingatkan Atau Pemerintah akan menandai jidat lebarmu sebagai si celaka yang kerap mengejeknya. Pulanglah ke
Bagaimanapun Cinta kita telah masuk jauh Ke dalam hikayat orang berbudaya Namun kita menampiknya Kau penulis aku pembacanya Berhari-hari kita
orang-orang sibuk membangun citra untuk beberapa kepentingan, komersialisasi di segala bidang sedang menggelegak dewasa ini. televisi memelihara m
Engkau tinggalkan aku catatan harian Dua puisi basi dan rekaman asmara buram Mengapa selalu saja sepi kau buktikan dengan cara aneh Kadang dengan m
1. kota mencapai puncak semrawut, dengan angkutan kota parkir sembarangan sampah-sampah berserakan tanpa bak penampungan dan kulihat sepasan
Bersama pesohor yang baru saja bercerai Infotainment membangunkan tidurmu setiap pagi Menyeduh kopi kental beraroma banal Simak baik-baik,teman
untuk Dini H (Di sini hujan, sebutmu suatu ketika. Jangan bicara kenangan saat kotaku tergenang. Saat air merambat pelan-pelan memanjat betis, sep
(ini bukan laporan akhir tahun tentang kesia-siaan, atau tentang tumpukan map berisi laporan keuangan) catat baik-baik, jika tahun telah memutar
Di pintu Neraka kau tunggu aku, karena bulan mei panas, aku tak berharap embun atau batuk-batuk kecil di beranda kantormu... Sri yang sering mende