Bersama hujan, luruh rindu, kenangan dan ingintersangkut di dahan-dahan yang ujungnya menguningmelesap pada bumi, sampai penantian mengeringmemeluk ha
fajar belum juga menyingsing,ketika sekelompok wanita perindu matahari berkejaranmelupakan mimpi yang tak berlanjut saat Tahajudmenerabas dingin denga
Kami titip padamu kawanbila kau bertemu dengannya, berilah dia sebutir cintabiarkan dia menyusuri hidup dengan cinta itudia sahabatku, Kawanyang baru
Jika bumi adalah ibudan pohon-pohon sebagai anak kesayangannyabunga-bunga adalah wujud cinta kasihmasih sanggupkah engkau terus merusak, menjarah bahk
tidakkah engkau menyadari bahwa gunung-gunung itu sebagai pasak, yang akarnya menghunjam dalam tanah dan melindungimu dari guncangan isi b
Mengenang Muria, adalah mengenang BapakYang tak lelah menggandengku, mengendongku menapaki 950 anak tangga di bukit terjal itu
Apa benar aku sedang di jalan? Tidak! Aku telah terperangkap dalam ruang sunyi yang sungguh gelap Hingga antara banyang-banyang dan nyata tak bisa dib
aku yang menyapamu ketika kau hanya terdiam memandangikuseolah lelah mengamatikukamu gagu, seolah ragubahwa aku akan abaikanmu.tak tahukah kau, &
hanya satu kata yang tak aku mengertikenapa engkau masih juga berlagak mengertibila satu-satu abjad saja tak mampu menelusuriagar mampu me
Walau telah berakhir namun dinginnya menyamankan hatiMerah putih jalinan cinta bagai gempol dan pleret yang tawar namun member
tanda yang aku kirimkantak lagi terbaca olehmuwalau kau terima dengan centang biru duaengkau membisu atau hanya pura-purasehingga aku hanya bisa menah
Rose ....apa khabarmuSebulan sudah kau istirahat panjang dalam sembiluPasti kau belum melupakan aku kanWalau kau sudah tak butuh aku untuk memijit kep
suara suara mesin pemanggil terus menggema antrian telah berkurang,walau masih panjangdan masih banyak yang baru datangtiba - tiba rasa ngantuk mender
hujan tak lagi taburkan benih rinduagar bisa hadirkan bait-bait puisi seperti dulukegelisan telah nyata bukan lagi pura-puratak bisa sekedar dituang d
Rinduku untukmu bagai ranting tak berdaunselalu tumbuh namun tak Nampak riuhselalu berharap namun terlihat tiarapselalu melesat walau sering tersesata
tak ada cinta lagi malam inipercuma engkau mengemis serupa diritak akan tercecer lagi rasa mengasihiusai sudah bimbang yang silih bergantiKarena malam
Beberapa butir air masih menetes , hujan sesiangan kaburkan asa.Aku terus melangkah membiarkan antara air hujan dan air mata membaur,cepat-cepat kuamb
di negeri Selfi, jepret-jepret sangat diminatiboleh jadi itu hanya sensasi tapi sering membuat kita lupa dirisaat empatbelas Agustusan yang upacara ha
tiba-tiba ada masalah dengan rasaku, yang tak seharusnya tak lazim hinggapiku tapi engkau terus ada.. menyusup hingga batas jiwa membuatku terpikik, n
Cinta yang terlalu tlah punah juga akhirnya...aku harap segera menjauhlah..tak ingin laku melihatmu lagi, apa lagi berharap-harap rindusetelah terabai